Namun di tengah kesedihan itu, muncul kisah penyelamatan luar biasa yang dialami Yusmidar, 50 tahun, bersama seluruh anggota keluarganya di Jorong Harapan, Padang Laweh.
Keluarga tersebut berhasil selamat dari amukan lumpur tebal yang meratakan rumah mereka hanya karena firasat yang dirasakan putri bungsunya, Asyifa Nur Rahmadhani, 8 tahun.
Sekitar pukul 03.00 WIB, ketika hujan deras masih mengguyur wilayah tersebut, Asyifa tiba-tiba terbangun dalam keadaan gelisah.
Anak kecil itu mengaku mendengar suara almarhum ayahnya yang telah meninggal dunia lima bulan sebelumnya memanggil-manggil meminta pertolongan sebanyak tiga kali.
“Kenapa Abak (ayah) memanggil Mak?” tanya Asyifa dengan nada polos kepada ibunya, sebagaimana diceritakan Yusmidar saat berada di posko pengungsian pada 3 Desember 2025.
Awalnya Yusmidar mengira itu hanya mimpi buruk biasa dan meminta putrinya kembali tidur.
Akan tetapi, tak berselang lama Asyifa malah berteriak histeris sehingga membangunkan seluruh penghuni rumah.
Beberapa detik setelah teriakan itu, suara gemuruh keras terdengar diikuti datangnya banjir lumpur yang langsung menyapu dan merendam rumah hingga setinggi leher orang dewasa.
Dalam kepanikan, Yusmidar berpegangan pada sebatang kayu sambil berusaha mencari keenam anaknya di tengah kegelapan dan lumpur pekat.
Ia sempat putus asa karena tak mendengar jawaban saat berteriak memanggil nama anak-anaknya satu per satu.
Keajaiban mulai terjadi ketika ia mendengar suara lemah dari putranya, Azis, 15 tahun, yang hampir terkubur hidup-hidup.
Dengan sekuat tenaga Yusmidar menerobos lumpur dan berhasil menarik Azis ke tempat yang lebih aman.
Tak lama kemudian ia juga mendengar suara Asyifa dan segera meraih pakaian putri kecilnya itu dari tumpukan material longsor.
Berkat pertolongan warga sekitar yang datang setelahnya, tiga anak lainnya yaitu Akbar, 17 tahun, Anton, 22 tahun, serta kakek mereka Amirudin, 75 tahun, yang mengidap stroke dan sempat tertimbun lumpur, berhasil diselamatkan dalam kondisi selamat.
“Rumah kami berada di dataran tinggi, saya sama sekali tidak menyangka akan rata dengan tanah seperti ini, namun Allah masih melindungi keluarga kami,” ujar Yusmidar dengan penuh rasa syukur.
Kisah keluarga Yusmidar menjadi secercah cahaya di tengah duka bencana yang melanda Pasaman Barat.
Berdasarkan data posko bencana hingga Sabtu 6 Desember 2025, tercatat empat orang meninggal dunia, tiga orang masih dalam status hilang, puluhan ribu warga mengungsi, serta ribuan rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan berat.
Di lokasi longsor Tinggam, lima warga sempat tertimbun material.
Hingga Minggu 7 Desember 2025, tim SAR gabungan bersama TNI, Polri, dan relawan masih terus melakukan pencarian terhadap tiga korban yang belum ditemukan yaitu Dian Fernanda, Amrizal, dan Nurhayati.
Sementara itu dua korban lainnya, Yelma Yunita, 41 tahun, dan Raffael Gusti Pratama, 7 tahun, telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Bupati Pasaman Barat Yulianto menyatakan operasi pencarian tetap berjalan meski terkendala oleh tebalnya lumpur yang mencapai 10 meter serta kondisi cuaca yang kurang mendukung.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

