
Repelita Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengusulkan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Papua sebagai langkah strategis untuk mencapai swasembada energi nasional.
Rencana ini muncul setelah pengalaman ekspansi sawit di Sumatra dan Kalimantan yang sering dikritik karena menyebabkan penggundulan hutan luas.
Prabowo menyatakan bahwa Papua perlu memanfaatkan potensi alamnya untuk menghasilkan bahan bakar nabati secara mandiri.
Dengan demikian, ketergantungan pada pasokan BBM dari luar wilayah dapat dikurangi drastis.
Supaya ada kemandirian tiap daerah, kalau ada tenaga surya dan tenaga air tidak perlu kirim-kirim BBM mahal-mahal dari daerah-daerah lain.
Selain energi terbarukan seperti surya dan air, Prabowo secara tegas mendorong penanaman sawit di Papua.
Dan juga nanti kita berharap di daerah Papua pun harus ditanam kelapa sawit supaya bisa menghasilkan juga BBM dari kelapa sawit.
Komoditas lain seperti tebu dan singkong juga akan dikembangkan untuk memproduksi etanol sebagai alternatif energi.
Tebu menghasilkan etanol. Singkong, kasafa juga untuk menghasilkan etanol.
Program ini ditargetkan terealisasi dalam lima tahun mendatang.
Tujuannya adalah membuat setiap provinsi mandiri dalam pangan dan energi tanpa bergantung pada subsidi pusat.
Sehingga kita rencanakan dalam lima tahun semua daerah bisa berdiri di atas kakinya sendiri, suasembada pangan dan suasembada energi.
Pernyataan ini disampaikan pada 17 Desember 2025 dan segera menimbulkan kekhawatiran publik.
Rencana penanaman sawit di Papua dikhawatirkan mengulangi pola kerusakan lingkungan yang telah terjadi di Sumatra dan Kalimantan.
Isu deforestasi, hilangnya biodiversitas, serta dampak sosial terhadap masyarakat adat diprediksi akan menjadi perdebatan sengit di masa mendatang.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

