Ia membedakan antara bencana alam murni dengan apa yang dialami masyarakat saat ini, yang menurutnya lebih tepat disebut sebagai musibah akibat kelalaian manusia.
"Itu bukan bencana tapi itu musibah," kata Rocky Gerung.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa musibah tersebut bukan datang dari kehendak Tuhan, melainkan dari kebijakan yang diambil oleh otoritas di ibu kota.
“Karena tidak mungkin Allah memberi bencana pada kita,” sebutnya.
Rocky Gerung secara tegas menunjuk hidung penyebab utama dari rangkaian banjir bandang dan longsor yang menewaskan ratusan jiwa serta merusak infrastruktur luas di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
“Yang ada adalah musibah rakyat yang diakibatkan oleh bencana pusat. Yang membuat bencana itu adalah kabinet," pungkasnya.
Kritik ini sejalan dengan sorotan luas terhadap keterlambatan pemerintah menetapkan status bencana nasional serta dugaan kerusakan ekosistem hutan akibat kebijakan kehutanan yang longgar.
Rocky juga menyoroti kontradiksi di mana warga lebih memilih berdonasi secara swadaya daripada mempercayai respons negara yang dianggap gagap dan lebih sibuk dengan pencitraan pejabat.
Ia mendesak introspeksi mendalam dari kabinet agar tidak lagi mengorbankan rakyat demi kepentingan sempit yang justru memperburuk dampak alam di wilayah rawan bencana.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

