Repelita Bandung - Pengamat bidang politik serta kebangsaan yakni M Rizal Fadillah kembali menyuarakan pendapatnya mengenai kontroversi terkait dugaan pemalsuan ijazah milik Presiden ketujuh yaitu Jokowi yang ia anggap sebagai isu utama yang perlu segera ditangani.
Menurut Rizal berbagai masalah yang selama ini melibatkan nama Jokowi semakin menjadi perhatian besar di kalangan masyarakat luas.
Ia menyoroti beberapa perkara signifikan yang menurut pandangannya tengah menjerat mantan Presiden Republik Indonesia tersebut.
“Berbagai kasus bahkan skandal membelit Jokowi. Ada pelanggaran hak asasi, korupsi, tambang ilegal, politik dinasti, kecurangan politik, pengkhianatan negara, utang jor-joran, hingga ijazah palsu bapak dan anak," ujar Rizal pada Senin 1 Desember 2025.
Rizal melanjutkan bahwa isu dugaan pemalsuan ijazah saat ini telah memasuki tahapan yang lebih mendalam sehingga ia berpendapat bahwa hal ini wajib mendapatkan perhatian khusus.
“Mengingat isu ijazah palsu cukup panjang dan kini memasuki tahap kriminalisasi, maka kasus atau skandal ijazah palsu telah dan harus menjadi prioritas. Status ijazah yang memang tidak asli segera terbongkar,” sebutnya.
Rizal memperkirakan bahwa apabila dugaan tersebut terbukti benar maka akan ada dampak serius bagi Jokowi beserta keluarganya.
“Segera setelah terkuak bahwa ijazah itu palsu, maka bencana susulan akan melanda Jokowi dan keluarga," Rizal menuturkan.
"Dari korupsi melalui para menteri hingga rumah pensiun palsu dapat memporak-porandakan," tambahnya.
Ia juga menyebutkan bahwa nantinya Presiden Prabowo Subianto yang selama ini dianggap masih ragu-ragu akan menghadapi kondisi yang rumit.
“Presiden Prabowo yang selama ini gamang tidak akan lagi mampu melindungi. Ia akan berada dalam posisi yang harus memilih. Rakyat atau Jokowi,” jelasnya.
Oleh sebab itu ia mendorong supaya berbagai kelompok masyarakat dapat bersatu untuk mendesak penyelesaian perkara tersebut.
“Akademisi, ulama, buruh, mahasiswa, emak-emak, dan aktivis lainnya harus mulai bergabung dalam kebersamaan gerak perjuangan membongkar kepalsuan multi dimensional Jokowi yang diawali dari ijazah palsu," serunya.
Menurut Rizal usaha mediasi yang pernah diusulkan termasuk konsep restorative justice sebenarnya bukan merupakan pendekatan yang sesuai.
“Mediasi yang dilontarkan seorang aktivis dan direspons Tim Percepatan Reformasi Kepolisian mendapat penolakan keras. Restorative Justice yang digembor-gemborkan ternyata hanya menjadi debu yang berterbangan. No mediasi antara Jokowi dan korban kriminalisasi,” tegasnya.
Ia pun menjelaskan tiga kemungkinan penyelesaian untuk isu ini di antaranya melalui proses hukum dengan penghentian perkara atau SP3 kemudian pilihan deponering dari Jaksa Agung serta tahap persidangan yang bisa berujung pada pemberian grasi atau amnesti maupun abolisi dari Presiden.
Akan tetapi menurutnya terlepas dari jalur mana yang dipilih masyarakat akan tetap menuntut adanya pembuktian yang jelas.
“Deponering tidak akan menyurutkan perjuangan untuk membuktikan ijazah palsu Jokowi. Ia akan terus dikejar rakyat meski harus masuk ke lubang semut,” tandasnya.
Ia turut menyinggung keterkaitan Gibran Rakabuming Raka dalam persoalan serupa yang menurutnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
“Sesungguhnya ijazah palsu itu untuk keduanya, Jokowi dan Gibran. Like father like son,” katanya.
Rizal yang menjadi salah satu tersangka atas pelaporan dari Jokowi di Polda Metro Jaya menyatakan bahwa masyarakat merasa kecewa atas apa yang ia sebut sebagai pembohongan.
"Sesungguhnya ijazah palsu itu untuk keduanya, Jokowi dan Gibran. Like father like son. Oleh karenanya yel perjuangan adalah adili Jokowi dan Makzulkan Gibran," tandasnya.
“Sulit untuk menawar dan membungkam semangat ini. Kedua orang ini telah seenaknya membohongi dan menipu rakyat Indonesia," kuncinya.
Editor: 91224 R-ID Elok

