Repelita Jakarta - Pakar forensik digital Rismon Sianipar menyatakan kekecewaannya usai menghadiri gelar perkara khusus terkait dugaan pemalsuan ijazah mantan Presiden Joko Widodo di Polda Metro Jaya pada Senin 15 Desember 2025.
Menurutnya, beberapa pihak yang sebelumnya lantang menantang debat terbuka justru absen dalam forum resmi tersebut.
“Kami sebenarnya ingin menantang dua atau tiga ahli digital forensik yang diperiksa oleh Polda Metro Jaya,” ujar Rismon kepada media pada Selasa 16 Desember 2025.
“Tetapi kami harus kecewa bahwa mereka tidak hadir atau tidak berani untuk berargumentasi head to head dengan kami,” lanjutnya.
Ia secara spesifik menyebut nama Josua Sinambela dan Rony Teguh yang kerap melontarkan tantangan melalui berbagai platform publik.
“Terutama Josua Sinambela dan Rony Teguh yang telah di berbagai podcast mereka ingin menantang kami,” katanya.
“Ternyata sampai gelar perkara khusus selesai, mereka tidak berani muncul,” tambah Rismon.
Bahkan, Rismon juga menyoroti ketidakhadiran Joko Widodo untuk menjawab langsung tuduhan yang ditujukan kepadanya dan timnya.
“(Termasuk Jokowi) Tidak berani muncul membuktikan pasal-pasal 32 dan 35 yang menuduhkan kami memanipulasi, mengedit, dengan cara-cara yang tidak ilmiah,” tegasnya.
Rismon menyampaikan rasa penyesalan atas sikap tersebut dengan nada yang cukup keras.
“Kami sangat sesalkan betapa pengecutnya mereka,” ucapnya.
Selama gelar perkara, Rismon mengamati dokumen ijazah yang diperlihatkan penyidik, meskipun akses sangat terbatas.
“Banyak sekali kejanggalan dari ijazah analog yang ditunjukkan kepada kami, tidak boleh kami sentuh, pegang,” katanya.
“Hanya bisa dilihat dengan mata,” terangnya.
Dari pengamatan visual, ia menemukan indikasi bahwa kertas dan hasil cetakan tidak sesuai dengan karakteristik dokumen lama.
“Dari sisi ketebalan kertas, kualitas cetak yang terlihat adalah cetakan printer,” ungkapnya.
“Ada garis lurus hitam yang saya duga itu merupakan cacat digital printing pada ijazah yang ditunjukkan tadi malam,” jelasnya.
Rismon juga menyimpulkan teknologi pencetakan yang digunakan berdasarkan detail yang diamati.
“Jadi, printingnya pun bukan yang terbaik, bukan laserjet, tapi inkjet,” tuturnya.
“Saya lihat tepi-tepinnya tadi malam dari setiap huruf dan lainnya, itu mengindikasikan sangat kuat hasil produk printing inkjet bukan handpress,” kuncinya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

