
Repelita Jakarta - Aktivis lingkungan dan jurnalis investigasi Dandhy Dwi Laksono menjadi tamu dalam podcast yang dipandu oleh dr. Richard Lee dan tayang pada 12 Desember 2025.
Obrolan tersebut banyak membahas akar penyebab bencana banjir yang melanda wilayah Sumatera serta isu penggundulan hutan atau alih fungsi lahan hutan yang dikenal sebagai deforestasi.
Dandhy Laksono dikenal luas sebagai pendiri rumah produksi film dokumenter Watchdoc serta pembuat karya-karya kritis mengenai masalah sosial, politik, dan lingkungan di Tanah Air.
Beberapa penonton menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kehadiran Dandhy sebagai narasumber.
“Dhandy ini level keberaniannya diatas rata2 manusia biasa.. salam hormat,” komen akun @modalhpdoang5367.
“Yg setuju ini Narsum terbaik tahun 2025,” ujar akun @AriHamRus.
“PODCAST DENGAN NARSUM TERBAIK SEJAUH INI,” komen akun @ssheismonica.
Di tengah diskusi, dr. Richard Lee mengajukan pertanyaan langsung kepada Dandhy Laksono mengenai periode kepemimpinan presiden mana yang mengalami penghabisan hutan paling masif.
Dandhy Laksono menjawab bahwa deforestasi terparah terjadi pada era Presiden Joko Widodo, di mana laju kerusakan hutan mencapai tingkat yang sangat signifikan dibandingkan masa sebelumnya.
Ia menyertakan data dan analisis untuk mendukung pernyataan tersebut, sambil menghubungkannya dengan dampak terhadap bencana alam seperti banjir di Sumatera.
Pembahasan ini memicu respons beragam dari publik, termasuk tudingan hoaks dari sejumlah pihak terhadap klaim Dandhy dan organisasi lingkungan terkait.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

