
Repelita Jakarta - Iwan Fals secara tegas menyatakan bahwa kerusakan hutan dan dampak bencananya bukanlah kejadian alamiah, melainkan hasil ulah manusia.
"Yang ngerusak hutan kan orang ya," ujar Iwan Fals melalui akun X pribadinya @iwanfals pada Jumat, 13 Desember 2025.
Karena pelaku kerusakan adalah manusia, ia menyatakan negara seharusnya tidak kesulitan untuk menindak mereka secara hukum.
"Ya udah cari aja orangnya," kata Iwan Fals menantang aparat penegak hukum untuk menunjukkan keberanian dalam memberantas kejahatan lingkungan.
Ia melanjutkan dengan pertanyaan retoris yang menyindir kelemahan penindakan terhadap para perusak lingkungan, terutama mengingat dampak bencana yang telah merenggut nyawa.
"Kalau udah ketemu enaknya diapain tu orang?," tanyanya.
Sorotan terhadap persoalan deforestasi juga disampaikan oleh Dandhy Laksono melalui analisis data historis tutupan hutan.
Ia mengungkapkan bahwa pada tahun 1973, hutan masih menutupi sebagian besar wilayah Kalimantan.
"Tahun 1973, hutan masih menutup 76 persen wilayah Kalimantan," ungkap Dandhy di akun X pribadinya pada Kamis, 4 Desember 2025.
Dalam kurun waktu lima puluh tahun, terjadi penyusutan drastis yang serupa dengan kondisi di Pulau Sumatera.
"Sama seperti di Sumatera, dalam waktu 50 tahun Kalimantan telah kehilangan hampir separuh hutannya," tambahnya.
Ia memperingatkan bahwa pola kehilangan hutan ini berpotensi meluas ke beberapa wilayah lain di Indonesia.
"Sulawesi, Halmahera, dan Papua akan menyusul," pungkas Dandhy.
Isu deforestasi kembali menjadi sorotan setelah beberapa wilayah di Sumatera dilanda banjir bandang dan tanah longsor.
Yudo Sadewa, yang merupakan anak dari mantan Menteri Keuangan Yudhi Sadewa, turut menyoroti masalah ini dengan menuding sebuah perusahaan sebagai pihak yang berkontribusi terhadap bencana banjir di Sumatera.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

