Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

[GEGER] Kasus Pencabulan Santriwati Pesantren Bangkalan, Puluhan Korban Diduga Terjerat Nafsu Pengasuh

 

Repelita Bangkalan - Aparat kepolisian di Polda Jawa Timur segera menggelar investigasi mendalam terkait tuduhan pelecehan seksual yang menimpa sejumlah santri putri di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Karomah, yang terletak di Desa Peterongan, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan, di mana seorang pengajar senior menjadi tersangka utama atas perbuatan tercela yang diduga melibatkan puluhan korban di bawah umur.

Keluhan dari pihak keluarga salah satu pihak yang mengalami pelecehan tersebut telah diterima secara resmi oleh petugas, dengan nomor registrasi LP/B/1727/XI/2025/SPKT/Polda Jatim yang diajukan pada malam hari tanggal 1 Desember 2025 sekitar pukul 21.30 WIB, menandai langkah awal proses hukum yang kini menjadi sorotan nasional.

Kombes Pol Jules Abraham Abast, sebagai Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur, mengonfirmasi bahwa laporan tersebut sudah diproses dan tim penyidik langsung bergerak untuk mengumpulkan bukti awal, termasuk memanggil sejumlah individu terkait guna memperoleh keterangan yang mendalam dan akurat.

“Saat ini dilakukan penyelidikan. Beberapa saksi juga sudah dimintai keterangan,” tambahnya, meskipun detail lebih lanjut belum bisa diungkap karena tahap pemeriksaan masih berlangsung dengan hati-hati untuk menjaga integritas kasus.

Kasus ini mencuat setelah narasi tragis dari salah satu korban yang berhasil kabur dari situasi mencekam menjadi viral di berbagai platform digital, memicu kemarahan luas dari kalangan masyarakat yang menuntut keadilan segera bagi para gadis remaja yang menjadi korban kepercayaan yang dikhianati di tempat yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi pendidikan agama.

Pelaku diduga berinisial UF, yang dikenal sebagai Umar Faruk atau sering disapa Gus Lora, seorang figur pengajar mengaji di pesantren tersebut yang ternyata merupakan putra dari seorang tokoh spiritual terkemuka di wilayah setempat, menambah lapisan kompleksitas emosional bagi komunitas setempat.

Perbuatan asusila tersebut konon dimulai sejak Januari 2023 di lokasi yang sama, di mana korban-korban diduga mengalami trauma berat akibat tindakan berulang yang memanfaatkan posisi otoritas dan kelemahan usia mereka yang masih sangat muda.

Berdasarkan informasi yang mengalir dari berbagai sumber terpercaya, jumlah korban potensial mencapai lebih dari 30 orang, sebuah angka yang membuat publik semakin terpukul dan menekan aparat untuk bertindak tegas tanpa pandang bulu terhadap latar belakang pelaku.

Pihak pesantren sendiri telah merespons dengan pernyataan resmi yang menyatakan prihatin atas kejadian tersebut, menegaskan bahwa oknum pelaku sudah dipisahkan dari lingkungan institusi dan semua aksesnya ditutup, sambil menjanjikan kerjasama penuh dengan proses hukum yang sedang berjalan.

Mereka menekankan bahwa tindakan menyimpang ini murni inisiatif pribadi pelaku dan tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran yang diterapkan di pesantren, serta siap membuka data apa pun yang diperlukan oleh penyidik untuk mempercepat pengungkapan kebenaran.

Aktivis hak perempuan dan psikolog pendamping korban seperti Mutmainah dari Muslimah Humanis Indonesia juga turut mendampingi proses pelaporan, menyoroti pentingnya dukungan trauma bagi para korban yang kini menghadapi beban psikologis berat di tengah sorotan publik.

Kondisi ini tidak hanya mengguncang kepercayaan terhadap institusi pendidikan keagamaan di daerah tersebut, tapi juga menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat untuk lebih waspada dalam melindungi generasi muda dari ancaman internal yang tersembunyi di balik fasad kebajikan.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved