Repelita Jakarta - Presiden Prabowo Subianto secara resmi menganugerahi gelar pahlawan nasional kepada sepuluh tokoh di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin, 10/11/2025.
Dari sepuluh tokoh tersebut, tiga nama yakni KH Abdurrahman Wahid, Soeharto, dan Marsinah menjadi sorotan publik karena menghadirkan pro dan kontra di masyarakat.
Pengamat Politik sekaligus Peneliti Indikator Politik Bawono Kumoro menilai ketiganya paling mengundang perhatian luas karena latar belakang perjuangan masing-masing yang berbeda.
Gelar pahlawan untuk Soeharto menimbulkan polemik karena Presiden kedua Indonesia ini dikenal sebagai sosok yang berjasa meletakkan fondasi pembangunan ekonomi modern nasional.
Makna kepahlawanan Soeharto diartikan sebagai pengingat bahwa kemajuan pembangunan ekonomi membutuhkan kedisiplinan, stabilitas, dan perencanaan jangka panjang, ujar Bawono.
KH Abdurrahman Wahid dihormati karena jasa memperjuangkan nilai kebebasan, pluralisme, dan kemanusiaan di masa awal reformasi, dengan membuka ruang demokrasi seluas mungkin serta memperkuat penghormatan terhadap kelompok minoritas.
Sementara Marsinah dikenang sebagai simbol keberanian buruh dan perempuan dalam memperjuangkan keadilan.
Marsinah, aktivis buruh dari Nganjuk, Jawa Timur, dibunuh pada 1993 setelah memimpin aksi demonstrasi menuntut hak pekerja di pabrik tempat ia bekerja.
Pengakuan negara terhadap Marsinah menunjukkan bahwa kepahlawanan tidak selalu lahir dari perjuangan militer atau politik, tetapi juga dari perjuangan wong cilik dalam menegakkan keadilan, pungkas Bawono. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

