Repelita Surabaya - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar, secara tegas menyatakan bahwa KH Yahya Cholil Staquf telah berhenti menjabat sebagai Ketua Umum PBNU terhitung sejak tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 WIB.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Kiai Miftachul Akhyar dalam jumpa pers yang digelar di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur pada hari Sabtu.
Menurutnya, sejak detik yang telah ditentukan itu, KH Yahya Cholil Staquf tidak lagi memiliki wewenang maupun hak untuk memakai segala atribut yang berkaitan dengan jabatan Ketua Umum PBNU.
Kepemimpinan organisasi tertinggi Nahdlatul Ulama kini berada sepenuhnya di bawah kendali Rais Aam sampai terpilih pengganti yang definitif.
Keputusan tersebut merupakan hasil rapat Syuriah PBNU yang bersifat mutlak dan tidak dapat digugat oleh pihak manapun.
Segala bentuk tindakan, pernyataan, maupun keputusan yang masih menggunakan nama atau atribut Ketua Umum PBNU setelah waktu yang disebutkan dianggap tidak memiliki legitimasi organisasi.
Kiai Miftachul menegaskan bahwa tidak ada motif tersembunyi selain apa yang telah tertuang dalam risalah rapat Syuriah.
Semua langkah yang diambil murni berdasarkan fakta dan kondisi riil yang berkembang di internal organisasi.
Untuk menjaga kelancaran roda organisasi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama akan segera menyelenggarakan rapat pleno tertutup atau konferensi besar dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Proses transisi kepemimpinan diharapkan dapat berlangsung dengan tertib, damai, serta sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga jam’iyah.
Menanggapi berbagai spekulasi dan informasi yang beredar luas di masyarakat, Rais Aam memutuskan membentuk Tim Pencari Fakta yang akan bekerja secara independen dan menyeluruh.
Tim tersebut dipimpin oleh dua Wakil Rais Aam, yaitu KH Anwar Iskandar dan KH Afifuddin Muhajir, yang bertindak sebagai pengarah utama.
Sebagai bagian dari upaya menjaga objektivitas, pelaksanaan sistem Digdaya Persuratan di tingkat pusat untuk sementara ditangguhkan hingga tim penyidik fakta menyelesaikan tugasnya.
Namun demikian, sistem yang sama di tingkat wilayah maupun cabang tetap berjalan normal tanpa ada perubahan.
Di penghujung pernyataan, Kiai Miftachul Akhyar kembali mengajak seluruh warga Nahdlatul Ulama untuk senantiasa berpegang teguh pada Khittah 1926.
Semua pihak diminta mengutamakan kepentingan bersama, menjaga akhlakul karimah, serta menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap langkah.
Secara khusus, Rais Aam mengajak jamaah Nahdlatul Ulama memperbanyak doa dan munajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Doa tersebut dipanjatkan agar Nahdlatul Ulama senantiasa diberi jalan keluar yang paling baik dan membawa kemaslahatan bagi umat dan bangsa.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

