Repelita Solo - Perebutan takhta Keraton Surakarta 2025 memanas setelah wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII dan muncul dua putra yang sama-sama mengklaim gelar Pakubuwono XIV.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai siapa yang berhak memimpin dan menyoroti kompleksitas suksesi adat serta dinamika internal keluarga Keraton Solo.
Kepergian PB XIII pada 2 November 2025 di RS Indriati Solo Baru meninggalkan warisan kepemimpinan yang belum terselesaikan, memicu munculnya dua kandidat kuat sebagai penerus takhta.
Dua putra tersebut mengajukan klaim berbeda atas legitimasi suksesi, berdasarkan interpretasi masing-masing terhadap paugeran adat dan titah raja.
Perbedaan pandangan ini menyebabkan dualisme kepemimpinan yang mengguncang tradisi dan struktur internal keraton, serta menarik perhatian masyarakat luas yang menanti kepastian.
Tidak adanya kesepakatan tunggal dari kerabat keraton menambah ketegangan, sementara publik menunggu arahan baru dalam kepemimpinan Keraton Surakarta.
Pada 5 November 2025, KGPH Purbaya menobatkan diri sebagai Pakubuwono XIV di hadapan jenazah ayahnya sebelum prosesi pemakaman berlangsung.
Langkah ini menimbulkan pertanyaan siapa raja sebenarnya, karena kedua kubu mengklaim hak yang sah atas takhta, menimbulkan ketidakpastian dan perdebatan di kalangan keluarga serta masyarakat.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

