
Repelita Gaza - Pusat Hak Asasi Manusia Gaza menyebut sekitar 10.000 warga Palestina meninggal di Jalur Gaza akibat terhambatnya akses perawatan medis oleh pihak Israel.
Kondisi itu dianggap sebagai dampak dari kebijakan genosida dan penargetan sistem layanan kesehatan di wilayah tersebut.
Dalam pernyataan yang dikutip Kantor Berita Yaman Saba pada 17 November 2025, disebutkan bahwa 1.000 korban meninggal karena larangan perjalanan untuk menjalani perawatan medis ke luar negeri selama 25 bulan terakhir.
Adnan Abu Hasna, penasihat media UNRWA, menegaskan bahwa ratusan ribu warga Palestina kini tinggal di tempat terbuka, di tengah memburuknya situasi kemanusiaan.
Ia menyampaikan hal itu dalam pernyataan kepada Al-Mamlaka TV, yang juga dibagikan melalui akun X UNRWA pada 17 November 2025.
Menurut Abu Hasna, kondisi saat ini lebih buruk dibanding tahun lalu, memperlihatkan eskalasi krisis yang belum tertangani.
Masalah keterbatasan medis dan pembatasan pergerakan warga Palestina menjadi sorotan utama, menimbulkan ketegangan kemanusiaan yang semakin meningkat di Jalur Gaza.
Setiap hambatan akses perawatan dinilai memperparah dampak kematian dan kesengsaraan penduduk lokal, di tengah situasi politik dan keamanan yang kompleks di wilayah itu.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

