Dalam wawancara eksklusif pada Jumat 14 November 2024, Agus mempertanyakan komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam menangani indikasi penyimpangan proyek strategis ini.
"Pertanyaan besarnya, apakah pemerintahan sekarang akan menutup mata terhadap fakta bahwa nilai pembangunan infrastruktur yang seharusnya Rp60 jutaan per meter, dipatok hingga Rp700 jutaan?" ujar Agus.
Dia mengingatkan bahwa catatan ketidaklayakan proyek Whoosh sudah muncul sejak awal, dengan dua menteri era Jokowi - Ignatius Jonan dan Andrinof Chaniago - menyatakan proyek ini tidak feasible.
Namun, kritik tersebut justru berujung pada reshuffle keduanya, sementara proyek terus dilanjutkan dengan pendekatan kekuasaan sepihak.
Agus menegaskan, kondisi ini bukan sekadar salah kelola, melainkan sudah mengarah pada praktik korupsi sistematis yang membebani keuangan negara.
Dia mempertanyakan apakah Prabowo akan konsisten pada janji penegakan hukum antikorupsi atau justru tunduk pada tekanan politik dari kelompok tertentu.
"Posisi Menkeu Purbaya bisa di ujung tanduk jika Prabowo lebih mendengar suara pendukung Jokowi," peringatnya.
Agus mengingatkan, jika arah kebijakan berbelok dari jalur antikorupsi, ekonomi nasional bisa kembali merosot dan membuka ruang bagi kebangkitan "bandit ekonomi".
Dia menegaskan pemerintah sekarang berada di persimpangan: memilih membuka mata terhadap penyimpangan atau terus membiarkan praktik korupsi sistematis.
"Kita butuh pemimpin berani yang membuka mata, bukan menutupinya," tegas Agus mengakhiri pernyataannya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

