Repelita Boyolali – Insiden kekerasan di lingkungan pendidikan kembali mencuat setelah seorang guru di SMA Negeri Cepogo, Boyolali, diduga menginjak tubuh siswa yang tertidur di kelas.
Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu, 27 Agustus 2025, saat jam pelajaran berlangsung di kelas XI. Tiga siswa ditemukan tidur tengkurap di lantai kelas.
Guru berinisial H yang mengajar mata pelajaran matematika mendekati mereka. Ia kemudian berjalan sambil menginjak tubuh ketiga siswa.
Salah satu dari siswa yang menjadi korban diketahui merupakan anak yatim. Kondisinya semakin memicu kemarahan warga setempat.
Warga Dukuh Sengon, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, langsung bereaksi. Mereka berbondong-bondong mendatangi sekolah tanpa koordinasi formal.
Kedatangan warga dilakukan sebagai bentuk protes atas tindakan guru yang dinilai melampaui batas dan tidak manusiawi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMA Negeri Cepogo, Djoko Heriyanto, membenarkan adanya dugaan kekerasan tersebut.
Djoko menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban dan masyarakat atas insiden yang terjadi.
Ia menegaskan bahwa tindakan guru tersebut tidak sesuai dengan kebijakan sekolah. Kekerasan tidak dibenarkan dalam bentuk apa pun.
Djoko mengira masalah telah selesai setelah kunjungan guru ke rumah siswa dan kehadiran siswa kembali ke sekolah.
Namun, beberapa hari kemudian, warga menyampaikan keinginan untuk bertemu pihak sekolah. Pertemuan pun dilakukan secara terbuka.
Dalam pertemuan tersebut, warga meminta agar sekolah mengambil sikap tegas terhadap guru yang bersangkutan.
Guru H sempat memberikan klarifikasi. Ia mengaku tidak sadar atas tindakannya dan menyebut ada “setan lewat” sebagai alasan.
Pernyataan tersebut membuat keluarga korban terkejut dan semakin tidak menerima perlakuan yang dialami anak mereka.
Nanang Wiyono, kerabat korban, mengaku awalnya curiga saat melihat keponakannya murung di sebuah acara pernikahan warga.
Siswa tersebut tidak mau makan dan tampak diam. Setelah ditanya, ia mengaku baru saja diinjak oleh gurunya.
Nanang segera membawa korban ke RSUD Pandan Arang Boyolali untuk pemeriksaan. Namun, kabar itu sudah menyebar luas.
Solidaritas warga pun terbangun. Mereka menuntut keadilan dan perlindungan bagi anak-anak dari tindakan kekerasan di sekolah.
Kapolsek Cepogo, AKP Agung Setiawan, menyatakan bahwa pihak kepolisian telah turun tangan untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Polisi masih mendalami dugaan kekerasan tersebut dan berkoordinasi dengan pihak sekolah serta keluarga korban.
Publik mengecam keras tindakan guru tersebut dan meminta Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah untuk turun tangan.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa lingkungan pendidikan harus menjadi ruang aman dan mendidik, bukan tempat intimidasi dan kekerasan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

