Repelita Jakarta - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat kembali menjadi sorotan publik setelah angka anggarannya disebut mencapai Rp 1,2 triliun per hari.
Besarnya dana yang digelontorkan untuk program tersebut memicu perdebatan di kalangan akademisi, tokoh masyarakat, dan netizen.
Akademisi Nahdlatul Ulama, Prof. Nadirsyah Hosen, mengajak masyarakat untuk membayangkan dampak yang bisa dihasilkan jika anggaran sebesar itu dialihkan ke sektor lain.
Melalui akun Instagram pribadinya @nadirsyahhosen_official pada Kamis, 25 September 2025, ia menyampaikan simulasi pemanfaatan dana MBG untuk berbagai kebutuhan strategis.
Menurut Gus Nadir, dengan asumsi biaya Rp 2 miliar per kilometer, dana sebesar itu bisa membangun 600 kilometer jalan desa setiap hari.
Dalam satu bulan, ribuan desa yang sebelumnya terisolasi dapat terhubung dengan akses jalan yang layak dan permanen.
Ia juga menyebut bahwa jika dana MBG dialihkan ke sektor energi terbarukan, maka 48.000 unit panel surya rumah tangga bisa dipasang setiap hari.
Dengan biaya sekitar Rp 25 juta per rumah, jutaan keluarga bisa menjadi mandiri energi dalam waktu satu tahun.
Simulasi lain menunjukkan bahwa dana sebesar Rp 1,2 triliun dapat menjangkau 2,4 juta keluarga miskin jika dialihkan menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Dengan asumsi setiap keluarga menerima Rp 500.000, puluhan juta orang bisa terbantu hanya dalam waktu satu minggu.
Gus Nadir menekankan bahwa semua perhitungan tersebut adalah simulasi sektoral, bukan akumulasi dari seluruh skenario.
Setiap angka menunjukkan potensi capaian jika seluruh anggaran MBG difokuskan ke satu sektor tertentu secara penuh.
Ia juga menyebut bahwa dana sebesar itu bisa membiayai kuliah 240.000 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri selama satu tahun.
Dengan asumsi biaya kuliah Rp 5 juta per semester, masa depan ratusan ribu anak muda bisa dijamin dalam satu hari.
Di sektor kesehatan, dana MBG dapat membiayai 8.000 operasi jantung per hari, dengan asumsi biaya satu operasi sekitar Rp 150 juta.
Artinya, ribuan nyawa berpotensi terselamatkan setiap hari jika dana dialihkan untuk kebutuhan medis mendesak.
Jika dialihkan ke sektor perumahan, dana sebesar itu bisa membangun 6.000 unit rumah sederhana per hari.
Dengan perkiraan biaya Rp 200 juta per unit, ribuan keluarga bisa keluar dari lingkungan kumuh setiap hari.
Sementara itu, jika difokuskan pada pembangunan infrastruktur desa, dana MBG dapat digunakan untuk membangun jalan beton sepanjang 600 kilometer per hari.
Simulasi tersebut disambut beragam oleh masyarakat, sebagian mendukung evaluasi program MBG, sebagian lainnya meminta transparansi penggunaan anggaran.
Netizen juga menyoroti pentingnya prioritas anggaran negara agar benar-benar menyentuh kebutuhan mendesak masyarakat.
Polemik ini menunjukkan bahwa publik semakin kritis terhadap alokasi anggaran dan efektivitas program pemerintah.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

