Repelita Jakarta - Pengamat politik Efriza dari Citra Institute melihat adanya alasan kuat di balik munculnya wacana Musyawarah Nasional Luar Biasa atau Munaslub Partai Golkar yang belakangan ramai diperbincangkan untuk menggulingkan Bahlil Lahadalia dari kursi ketua umum.
Menurut Efriza, kondisi ini wajar bila dikaitkan dengan upaya Istana untuk merapikan peta loyalitas politik di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto agar tidak lagi dibayangi pengaruh Presiden sebelumnya, Joko Widodo atau Jokowi.
Ia menjelaskan Bahlil, yang kini menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sekaligus Ketua Umum Golkar, selama ini memang dikenal sebagai salah satu sosok yang dekat dengan Jokowi sehingga posisinya kerap diasosiasikan dengan warisan politik presiden lama.
Hal inilah yang disebut Efriza berpotensi membuat lingkar Istana merasa gerah karena bisa memicu friksi di internal pemerintahan Prabowo, yang ingin membangun kepemimpinan baru tanpa bayang-bayang kekuasaan lama.
Efriza menyatakan, Prabowo punya kepentingan untuk menata ulang barisan partai pendukung di kabinet agar seluruh unsur loyal terhadap kepemimpinan barunya.
Menurutnya, Prabowo memang tidak mungkin campur tangan secara langsung dalam urusan partai, namun dorongan Munaslub bisa muncul sebagai strategi Istana.
“Prabowo sudah menjadi presiden, tapi sebagian masih melihatnya penerus Jokowi. Jadi wajar kalau ingin menata ulang loyalitas partai agar stabilitas terjaga,” ujar Efriza pada Senin 4 Agustus 2025.
Ia menilai Golkar sebagai salah satu partai besar dalam koalisi pemerintah tentu memegang peran penting.
Jika dipimpin sosok yang lebih condong ke Jokowi, maka konsolidasi politik di lingkar Prabowo bisa terhambat.
Atas dasar itu, Efriza menilai pergantian kepemimpinan melalui Munaslub bisa menjadi solusi untuk merapikan arah partai agar lebih solid mendukung Presiden Prabowo.
Dalam skenario Munaslub ini, nama Nusron Wahid pun disebut-sebut sebagai figur pengganti Bahlil yang bisa diusung dengan dukungan restu dari lingkar Istana.
Menurut Efriza, langkah ini bisa dimaklumi karena dapat mengurangi potensi konflik, sekaligus menegaskan kontrol kekuasaan di tangan Prabowo tanpa gangguan bayang-bayang loyalis Jokowi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok.

