Repelita Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa selama enam bulan pertama pemerintahan Kabinet Merah Putih, pemerintah telah menetapkan 28 kebijakan baru.
Ia menyatakan kebijakan tersebut bersifat mendasar dan bertujuan memperkuat fondasi kebangkitan bangsa.
"Selama enam bulan kita memerintah. Kita telah mencapai hal-hal yang cukup berarti. Hal-hal yang bersifat fundamental. Memperkuat landasan kebangkitan kita sebagai bangsa. Kita telah menghasilkan 28 kebijakan baru," kata Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan.
Kebijakan-kebijakan ini, menurut Presiden, berkaitan langsung dengan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Implementasinya diterjemahkan ke dalam lebih dari seratus produk hukum turunan.
Mulai dari Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden, hingga surat edaran.
Presiden juga menekankan pentingnya evaluasi objektif terhadap kinerja pemerintahan agar tidak terjebak dalam asumsi keliru.
Ia mengingatkan bahwa kesalahan kecil di level tertinggi bisa berdampak besar bagi masyarakat di bawah.
Prabowo menggunakan analogi pendulum untuk menjelaskan bagaimana keputusan di atas bisa menghasilkan efek yang besar di lapisan masyarakat terbawah.
"Pendulum di atas bergerak sedikit. Tapi di bawah bisa bergerak sangat lebar. Keputusan yang keliru di atas. Akibatnya tidak mudah bagi mereka yang paling di bawah," ujarnya.
Sidang ini dipimpin langsung oleh Presiden dan didampingi oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Hampir seluruh menteri dan kepala badan hadir dalam rapat tersebut.
Sidang ini merupakan yang ketiga sepanjang tahun berjalan.
Sebelumnya, sidang serupa digelar pada 21 Maret lalu.
Topik pembahasan saat itu mencakup persiapan menghadapi Idul Fitri 1446 H.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Prabowo juga menjawab tudingan dirinya sebagai presiden boneka.
Ia membantah keras anggapan bahwa dirinya dikendalikan oleh Presiden Joko Widodo.
Prabowo menjelaskan bahwa dirinya menjalin hubungan baik dengan semua mantan presiden RI.
Tidak hanya Jokowi. Tapi juga Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Serta Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.
“Saya dibilang presiden boneka. Saya dikendalikan oleh Pak Jokowi. Seolah-olah Pak Jokowi tiap malam telepon saya. Saya katakan itu tidak benar,” tegas Prabowo.
Ia menegaskan bahwa berkonsultasi dengan para pendahulunya adalah langkah yang wajar dan bijaksana.
Menurutnya, pengalaman mereka yang pernah memimpin negara layak dijadikan bahan pertimbangan.
“Saya minta menghadap beliau, gak ada masalah. Saya menghadap Pak SBY, tidak ada masalah. Saya menghadap Ibu Mega, tidak ada masalah,” ucap Prabowo.
Dengan gaya santainya, Prabowo juga menyampaikan candaan seputar hal itu.
Ia mengatakan jika memungkinkan, dirinya juga ingin berkonsultasi dengan almarhum Presiden Abdurrahman Wahid.
Namun hal itu tentu saja tidak bisa dilakukan karena Gus Dur telah wafat.
“Menghadap Pak Harto. Menghadap Bung Karno kalau bisa,” kelakar Presiden di akhir pernyataannya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok