Repelita Jakarta – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, menyebut bahwa desakan pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang disuarakan Forum Purnawirawan TNI adalah bentuk penyebaran informasi menyesatkan.
Ia menegaskan bahwa hal tersebut tergolong hoaks.
Menurut Hendropriyono, informasi yang dipublikasikan di luar konteks waktu sebenarnya sangat berbahaya.
Ia menduga kuat bahwa ada pihak tertentu yang sengaja memainkan isu tersebut demi menciptakan kegaduhan politik.
Dalam pernyataannya bersama akademisi Prof Rhenald Kasali yang tayang di kanal YouTube milik sang profesor, Hendropriyono menjelaskan bahwa desakan untuk memakzulkan Gibran bukanlah hal baru.
Wacana tersebut sebenarnya telah muncul sejak Februari 2025.
Namun kemudian diangkat kembali secara tidak tepat pada bulan April.
Hal inilah yang disebut Hendropriyono sebagai manipulasi informasi.
"Padahal Pak pernyataan (Forum Purnawirawan TNI) itu kalau Prof. Rhenald baca lagi tuh bulan Februari bukan 17 April.
Diputar lagi 17 April.
Nah, kalau sesuatu peristiwa diputar tidak sesuai dengan konteks dan waktu dan namanya hoaks," ujar Hendropriyono.
Ia mengingatkan bahwa dalam dunia intelijen, pemutarbalikan waktu dalam penyebaran informasi dapat menyesatkan publik.
Menurutnya, manipulasi seperti itu bisa mengaburkan fakta.
Hal ini disebutnya sebagai bentuk hoaks karena merusak persepsi masyarakat.
"Tempo hari Prof Rhenald tanya saya bedanya simulakra dengan hoaks.
Simulakra barang tidak ada diada-adakan, toh masyarakat percaya.
Ini (hoaks) barangnya ada hanya waktunya udah enggak cocok.
Jadi ini (desakan Forum Purnawirawan TNI) kan hoaks namanya," kata pria bernama lengkap Abdullah Mahmud Hendropriyono itu.
Lebih jauh, Hendropriyono menyatakan bahwa isu ini patut dicurigai sebagai manuver politik.
Ia menilai kegaduhan yang muncul dua bulan setelah pernyataan awal menunjukkan adanya pergerakan yang tidak wajar.
Ia juga mengkritik lambatnya respons dari aparat intelijen saat isu ini kembali mencuat.
"Kalau dari intelijen Prof, perbedaan ini sesuatu hal yang tidak biasa.
Berarti ada yang main.
Karena kenapa tidak waktu itu ramai?
Waktu itu muncul pernyataan tidak ada yang ribut.
Ributnya kenapa 2 bulan kemudian?
Berarti harus diselidiki oleh intelijen ini ada yang main.
Dan lalu ada yang main ini saya jadi curiga karena saya kira kan intelijen para fungsionir sekarang pasti lebih pintarlah.
Karena lebih tahu kan.
Karena masa lalu dengan sekarang kan beda tantangannya, beda idealismenya," tegasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok