Repelita, Jakarta - Putra mahkota Keraton Solo, KGPAA Hamangkunegoro, baru-baru ini mengunggah pernyataan di media sosial yang berisi penyesalan Keraton Solo telah bergabung ke Republik Indonesia. Pernyataan tersebut diunggah melalui story Instagram @kgpaa_hamangkunegoro dan menjadi viral di media sosial.
Pengamat politik Rocky Gerung menilai unggahan tersebut mencerminkan kegelisahan yang mendalam terhadap kondisi NKRI saat ini.
"Itu juga penanda bahwa apa yang terjadi di kehidupan kita, juga dibatinkan, bahkan mungkin dianalisa secara metafisik oleh tradisi di dalam Keraton Surakarta," ujar Rocky dalam kanal YouTube pribadinya, Minggu malam.
Rocky mengulas kembali sejarah awal berdirinya NKRI, di mana ada permintaan dari Soekarno-Hatta agar kesultanan di seluruh Nusantara bergabung ke republik.
"Kita mesti lihat juga historiografi atau bahkan genealogi dari kekuasaan itu yang berasal dari kerelaan kerajaan-kerajaan untuk membuat republik. Jadi kalau timbul istilah menyesal bergabung dengan republik, konteksnya ada di situ," jelasnya.
Aktivis senior yang disebut-sebut pernah menjadi mentor politik Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu menilai unggahan tersebut sebagai sindiran bagi republik yang semakin menyerupai kerajaan.
"Dan itu pasti tertuju pada seseorang yang juga menganggap dirinya sebagai Raja Jawa atau meniatkan diri untuk mengambil sikap sebagai seorang raja," tegasnya.
Rocky menyinggung Presiden ke-7 RI Jokowi, yang selama 10 tahun kepemimpinannya membuat republik dalam kondisi yang carut marut. Menurutnya, Jokowi secara terang-terangan membangun dinasti politik dengan mengusung keluarganya ke dalam pemerintahan.
Rocky menilai unggahan dari putra mahkota Keraton Solo itu harus disikapi secara cerdas dan bijak.
"Kita mulai membaca bagaimana Indonesia sebetulnya kaya dengan metafora, bahkan kaya dengan kritik yang sifatnya sangat tajam. Kalau kepekaan itu datang dari seorang anak muda, bahkan calon pemimpin Indonesia dari putra mahkota kerajaan, itu menandakan ada yang serius, yang dibaca dengan kecerdasan, tapi juga dengan batin," pungkasnya.
Menanggapi hal ini, perwakilan Keraton Solo, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta Hadiningrat, KPA H. Dany Nur Adiningrat, menyebut unggahan tersebut sebagai bentuk kritik terhadap pemerintahan.
"Beliau sebagai anak bangsa, sebagai calon penerus pemimpin Jawa, Keraton, beliau adalah keturunan pahlawan Paku Buwono (PB) 10, PB 6, PB 12 yang tentara juga. Dan Keraton yang sumbangsih bagi negara tidak sedikit itu bahkan menyatakan bergabung ke republik," ujar Dany kepada wartawan.
Dany menegaskan bahwa Keraton Solo tetap memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Menurutnya, unggahan tersebut merupakan bentuk satire terhadap kondisi yang terjadi saat ini.
"Dilihat dari kata-kata 'Nyesel Keraton Gabung Republik', ini adalah ungkapan satire sebagai anak bangsa. Saya pastikan kami di Keraton Solo merah putih, kita pastikan itu," pungkasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok