Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Eros Djarot Kecam Pembangunan PIK yang Dinilai Mengancam Kebhinekaan Indonesia

 

Fenomena pesatnya perkembangan Pantai Indah Kapuk (PIK) belakangan ini mendapat sorotan tajam dari budayawan Eros Djarot.

Eros Djarot menilai bahwa pengembangan kawasan elit ini tidak hanya mengancam keadilan sosial, tetapi juga merusak peradaban lokal dan kebhinekaan bangsa.

Menurut Eros, pengembangan kawasan PIK yang bersifat eksklusif memperlebar kesenjangan sosial antara warga kaya yang tinggal di dalam kawasan tersebut dan warga lokal yang terpinggirkan di luar.

"Kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin menjadi terlalu dalam. Warga lokal bukan hanya dimiskinkan, tetapi juga tergusur oleh proyek mewah ini," ujarnya.

Eros Djarot juga menegaskan bahwa klaim PIK sebagai kawasan ‘eksklusif’ dapat menimbulkan ketegangan sosial yang berpotensi memicu konflik.

Ia menambahkan bahwa pengaruh besar yang dimiliki oleh pengembang PIK justru memperburuk keadaan.

“Gara-gara ulahnya, rasialisme kembali muncul. Mereka mengorbankan bangsanya sendiri demi keuntungan pribadi. Ini bahaya, ini menghancurkan kebhinekaan Indonesia,” kata Eros.

Eros Djarot menyebut bahwa pemerintah, terutama Presiden Joko Widodo, turut bertanggung jawab atas permasalahan ini.

“Pak Jokowi sudah memberi izin untuk pengembangan ini dan saya rasa beliau harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi sekarang,” ujarnya.

Menurut Eros, kebijakan ini memperburuk ketimpangan sosial yang sudah ada dan memperkenalkan konsep eksklusivitas yang mengarah pada pemisahan kelompok sosial berdasarkan kekayaan.

Pembangunan kawasan elit seperti PIK yang menyisakan banyak ruang kosong dan tidak terjangkau bagi warga lokal merugikan individu dan merusak nilai-nilai kebangsaan.

“Ini adalah desain yang lebih besar yang bisa merusak peradaban kita. Menghancurkan budaya lokal dan menciptakan perbedaan kelas yang sangat tajam,” katanya.

Eros Djarot juga mengingatkan bahwa tindakan-tindakan seperti ini bisa memunculkan kecemburuan sosial yang lebih dalam.

“Ketika warga lokal merasa semakin tersingkirkan dan dijadikan ‘jongos’ di tanah airnya sendiri, konflik sosial dan rasialisme bisa semakin menguat. Ini bukan hanya soal ketidakadilan ekonomi, tapi juga soal identitas dan kebudayaan. Kita harus berhati-hati,” ujarnya.***

Editor: Elok R-ID

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved