Rilis yang dikeluarkan Walhi pada Selasa 2 Desember 2025 ini menegaskan bahwa kerusakan tersebut berasal dari konsesi tambang, perkebunan sawit, hutan tanaman industri, geotermal, serta proyek pembangkit listrik tenaga air dan mini hidro.
Seluruh bencana banjir bandang serta longsor mematikan di tiga provinsi tersebut bersumber dari daerah aliran sungai besar yang hulunya berada di bentang Bukit Barisan yang kini sudah gundul.
Khusus di Sumatera Utara, wilayah paling parah adalah Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, serta Kota Sibolga yang berada di bawah Ekosistem Batang Toru.
Ekosistem Batang Toru saja sudah kehilangan 72.938 hektar tutupan hutan antara tahun 2016 hingga 2024 karena operasi belasan perusahaan yang beraktivitas di sana.
Hingga Sabtu 6 Desember 2025, BNPB mencatat korban jiwa akibat rangkaian bencana hidrometeorologi di tiga provinsi tersebut mencapai 914 orang meninggal dunia dengan 389 lainnya masih dalam pencarian.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, simpati yang mendalam kami sampaikan kepada para keluarga korban, ucap Kepala Pusat Data BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers di Media Center Komdigi, Kantor Gubernur Aceh pada 6 Desember 2025.
Ratusan ribu batang kayu gelondongan yang terbawa arus banjir menjadi saksi bisu betapa dalamnya luka kerusakan hutan di pulau Sumatera saat ini.
Editor: 91224 R-ID Elok

