Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Putus asa soal janji negara ciptakan lapangan kerja berkualitas, 1,87 juta rakyat pilih menyerah

 JOB FAIR - Ribuan pencari kerja (pencaker) memadati job fair di President University Convention Center Jababeka, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Selasa (27/5/2025). Job fair ini digelar Pemkab Bekasi untuk mengatasi pengangguran yang tinggi. Sayang, job fair ini memicu kericuhan. (Warta Kota/Muh Azzam)

Repelita Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mencatat sebanyak 1,87 juta penduduk Indonesia pada Februari 2025 memilih berhenti mencari pekerjaan karena putus asa terhadap peluang yang tersedia.

Angka ini melonjak 11 persen dibandingkan Februari tahun sebelumnya yang berada pada 1,68 juta orang.

"Lonjakan belasan persen dalam satu tahun menunjukkan bahwa ada segmen penduduk yang bergeser dari posisi 'mencari kerja' menjadi 'menyerah', yang berarti kehilangan kepercayaan terhadap peluang pasar kerja yang tersedia," ungkap laporan Labor Market Brief pada Rabu 10 Desember 2025.

Fenomena discouraged workers ini dikategorikan Organisasi Buruh Internasional sebagai bagian dari underutilisation tenaga kerja yang mencerminkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar kerja.

Bank Dunia dan lembaga internasional lain menilai kondisi ini sebagai tanda awal kerapuhan sistem ketenagakerjaan di negara berpendapatan menengah seperti Indonesia.

Lebih dari dua pertiga lapangan kerja di Tanah Air masih berkategori produktivitas rendah dengan mayoritas pekerja hanya berpendidikan SMP ke bawah.

Indonesia dinilai tertinggal dalam menciptakan sektor manufaktur berorientasi ekspor serta jasa modern yang mampu menyerap tenaga kerja formal berkualitas menengah.

"Akibatnya, proses pencarian kerja menjadi semakin kompetitif bagi pencari kerja yang pendidikannya rendah, pengalaman kerjanya minim, atau keterampilannya tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang lebih modern," jelas laporan tersebut.

Sistem informasi pasar kerja yang lemah serta layanan penempatan yang kurang efektif membuat pencari kerja sering kehilangan arah mengenai lowongan dan kompetensi yang dibutuhkan.

Kelompok paling rentan adalah lulusan SD atau tidak tamat SD yang mencapai 50,07 persen dari total discouraged workers.

Disusul lulusan SMP sebesar 20,21 persen dan SMA 17,29 persen, sementara lulusan SMK hanya 8,09 persen.

Lulusan perguruan tinggi relatif lebih kecil dengan Diploma 1,57 persen, S1 2,42 persen, serta S2 dan S3 hanya 0,35 persen.

Fenomena ini menegaskan adanya hambatan struktural yang lebih berat bagi tenaga kerja berpendidikan rendah dalam mengakses peluang yang layak.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved