Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Lima hari mencekam di Aceh: Hilang ditelan banjir atau mati kelaparan

 Jembatan Kuta Blang yang putus akibat diterjang banjir di Desa Blang Mee, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Aceh, Selasa (2/12/2025). Foto: Hedi/kumparan

Repelita Aceh Utara - Banjir bandang yang melanda Aceh sejak akhir November 2025 tidak hanya merenggut nyawa melalui sapuan air, tetapi juga mengancam ribuan penyintas dengan kelaparan akibat keterlambatan distribusi bantuan logistik.

Warga Desa Matang Maneh, Kecamatan Jambo Aye, Ratna, mengisahkan bagaimana ia dan ratusan tetangga terkurung di Meunasah selama tiga hari tanpa makanan dan air bersih setelah rumah mereka tenggelam hingga atap.

“Seandainya satu hari lagi dari pertama kali banjir enggak ada bisa turun ke bawah, udah meninggal satu per satu di Meunasah,” ujar Ratna dengan mata berkaca-kaca pada Rabu 3 Desember 2025.

Untuk bertahan hidup, mereka terpaksa menampung tetesan gerimis dari atap seng menggunakan sapu lidi yang disambung kayu agar air dapat diminum.

“Minum pun nggak ada. Cuma ada cuma sedikit gerimis, kami kan ada pakai kayu … sapu lidi, disambung pakai kayu, pakai kayu kan, air terjun yang sebelah sini, kita berdiri begini tangannya,” cerita Ratna.

Sisa beras yang berhasil dibawa hanya bisa dimakan mentah karena tidak ada dapur maupun listrik.

Ketika air mulai surut, warga masih harus menyaring air lumpur untuk diminum, bahkan untuk bayi, hingga banyak anak-anak jatuh sakit kulit dan demam.

Di wilayah lain seperti Kecamatan Jangka, Bireuen, serta Ujong Pacu, Lhokseumawe, kondisi serupa terjadi dengan pengungsi bertahan berhari-hari tanpa logistik memadai, hanya mengandalkan singkong atau air lumpur.

Rahmansyah dari Desa Arul Gading, Bener Meriah, nekat berjalan kaki delapan jam melewati jembatan putus dan menyeberang dengan tali seling hanya untuk mencari beras bagi 500 warga kampungnya yang sudah dua hari tidak makan.

Alingga juga mempertaruhkan nyawa menyeberang sungai berbahaya demi susu bayi berusia 15 bulan karena stok makanan menipis dan harga melonjak tinggi.

Banyak kampung terisolasi total akibat jembatan roboh dan jalan tertimbun longsor, sehingga bantuan baru menyentuh sebagian wilayah setelah lima hingga tujuh hari pasca-banjir.

Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyebut banjir ini sebagai tsunami kedua karena dampaknya yang lebih luas dan pemulihan yang lebih lambat dibanding bencana 2004.

Hingga 9 Desember 2025, korban tewas mencapai 391 jiwa, 31 hilang, dan lebih dari 914 ribu orang mengungsi, sementara lahan pertanian serta aset ekonomi warga tertimbun lumpur tebal.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved