
Repelita Ketapang - Prajurit TNI dari Batalyon Zipur 6/SD memilih menghindari konfrontasi langsung saat menghadapi penyerangan oleh kelompok warga negara Tiongkok di area PT SRM Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
Keputusan mundur tersebut diambil untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih luas dan mengancam keselamatan personel.
"Mereka menyerang anggota menggunakan senjata tajam berupa parang, airsoft gun, dan satu alat kejut listrik," ujar Kepala Penerangan Kodam XII/Tanjungpura Kolonel Infanteri Yusub Dody Sandra di Pontianak, Selasa.
Menghadapi situasi ketidakseimbangan kekuatan yang signifikan, prajurit TNI menerapkan pendekatan taktis dengan menarik diri ke zona perusahaan.
Langkah itu bertujuan untuk mengamankan posisi sekaligus segera melaporkan insiden kepada komando atas guna koordinasi lanjutan.
Akibat serangan tersebut, satu unit mobil Hilux milik perusahaan mengalami kerusakan berat.
Selain itu, satu sepeda motor jenis Vario kepunyaan karyawan PT SRM juga rusak parah akibat tindakan vandalisme.
Insiden berlangsung pada Minggu 14 Desember 2025 sekitar pukul 15.40 WIB ketika personel TNI sedang menjalankan latihan dalam satuan di kawasan tersebut.
Empat prajurit mendapat laporan dari petugas keamanan perusahaan mengenai keberadaan drone tak berizin yang melintas di area latihan militer.
Merespons informasi itu, keempat anggota mendekati lokasi dugaan pengoperasian drone.
Di tempat kejadian, mereka menemukan empat warga negara Tiongkok yang sedang mengendalikan perangkat tanpa memiliki otorisasi resmi.
Saat proses pemeriksaan prosedural dimulai, tiba-tiba sebelas warga negara Tiongkok lain tiba dan langsung melakukan penyerangan secara bersama-sama.
Diduga konflik ini berakar pada permasalahan internal PT SRM pasca pergantian kepemilikan dan manajemen yang sah secara hukum.
Manajemen terkini tidak pernah memberikan persetujuan bagi tenaga kerja asing untuk melaksanakan kegiatan operasional di wilayah perusahaan.
Kasus ini telah menjadi perhatian serius pemerintah pusat.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Imigrasi Yuldi Yusman menyatakan bahwa dua puluh enam warga negara asing telah diamankan dan dipindahkan ke Kantor Imigrasi Ketapang.
Tim pusat Direktorat Jenderal Imigrasi telah dideploy ke lokasi untuk melakukan koordinasi intensif dengan aparat setempat.
“Perkembangan penanganan yang ada di Ketapang, saat ini kami dari pusat sudah turun, tentunya dengan dibantu oleh imigrasi yang ada di Ketapang. Kami sudah langsung berkoordinasi dan mengamankan, dibantu juga oleh pihak Kodim, Pak Kapolres, Polsek setempat, kemudian ada juga dari Mabes TNI," kata Yuldi dalam konferensi pers pada Selasa (16/12/2025).
Aspek pidana dari peristiwa kerusuhan tersebut sedang ditangani secara mendalam oleh kepolisian wilayah.
"Kami mendapatkan laporan dari Kantor Imigrasi yang ada di wilayah Kalimantan Barat. Dan untuk WNA-nya saat ini sudah diamankan, sudah diamankan di Kantor Imigrasi Ketapang," kata Yuldi.
Jumlah warga negara asing yang diamankan berpotensi meningkat karena total keberadaan mereka di situs diperkirakan mencapai tiga puluh empat orang.
"Jumlahnya ada 26 WNA yang sementara ini diamankan oleh Kantor Imigrasi Ketapang. Dan mungkin jumlah itu akan bertambah karena totalnya sebetulnya yang ada disana itu ada 34 orang," ucap Yuldi.
Editor: 91224 R-ID Elok

