
Repelita [Jakarta] - Sebuah rekaman pendek yang beredar luas di platform X telah memprovokasi kemarahan besar dari kalangan masyarakat Indonesia dan Jepang setelah menampilkan sekelompok warga negara Indonesia yang bekerja sebagai teknisi sedang terlibat dalam permainan raket mirip tenis di tengah hamparan batu nisan di sebuah kompleks pemakaman di wilayah Jepang.
Rekaman tersebut pertama kali dibagikan melalui akun X @reoneatan pada Sabtu, 6 Desember 2025, dan segera memicu banjir komentar negatif karena dianggap melanggar norma kesopanan dasar di negara tuan rumah yang sangat menjunjung tinggi penghormatan terhadap tempat peristirahatan abadi.
Dalam klip berdurasi singkat itu, para individu terlihat bergerak lincah sambil memukul-mukul bola di area yang seharusnya menjadi zona tenang untuk penghormatan, dengan latar belakang deretan makam yang menandai kenangan keluarga dan leluhur yang telah tiada.
Situasi tersebut menimbulkan keheranan mendalam karena menunjukkan ketidaksensitifan yang ekstrem terhadap konteks lingkungan, di mana bahkan pengunjung biasa pun diwajibkan menjaga sikap hormat dan menghindari kegiatan yang mengganggu ketenangan.
Masyarakat digital dari kedua negara merespons dengan cepat dan tegas, menyebut perilaku itu sebagai noda buruk yang merusak reputasi pekerja asing secara keseluruhan, terutama bagi warga Indonesia yang selama ini dikenal taat pada adat istiadat setempat.
Banyak pengguna menyuarakan kekecewaan bahwa tindakan semacam ini tidak hanya memalukan secara pribadi, tetapi juga berpotensi memicu ketegangan antar-komunitas dan merugikan hubungan diplomatik yang telah terjalin baik.
Beberapa spekulasi muncul di thread diskusi bahwa pelaku mungkin kurang memahami batasan khusus di area tersebut, namun argumen itu cepat ditepis karena dianggap tidak membenarkan kelalaian dalam mempelajari aturan lokal sebelum bertindak.
Rekaman tambahan yang ikut beredar menyoroti betapa ketatnya etika yang diterapkan di pemakaman Jepang, mulai dari papan petunjuk kunjungan hingga peringatan tertulis yang menekankan keheningan dan sikap rendah hati bagi siapa pun yang memasuki wilayah suci itu.
Hal ini semakin memperburuk persepsi publik, karena bukti visual tersebut membuktikan bahwa instruksi jelas sudah tersedia, sehingga pelanggaran menjadi murni soal kurangnya kesadaran dan tanggung jawab pribadi.
Komunitas warga negara Indonesia di Jepang merasa terpukul berat karena merasa citra baik yang dibangun bertahun-tahun kini tercoreng oleh ulah segelintir orang, yang berpotensi menciptakan stigma negatif bagi seluruh diaspora.
Diskusi online kini bergeser ke tuntutan agar pihak berwenang Jepang dan Indonesia turun tangan untuk memberikan sanksi pendidikan atau hukum, sekaligus menjadi pengingat bagi semua pendatang bahwa adaptasi budaya merupakan kewajiban mutlak untuk menjaga harmoni sosial.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bahwa tindakan impulsif di lingkungan asing, terutama di tempat dengan nilai spiritual mendalam, dapat dengan cepat berubah menjadi isu nasional yang merusak hubungan antar bangsa dan meninggalkan bekas lama di hati masyarakat yang terdampak.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

