Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

FWI Ungkap Konglomerat Lama Masih Dominasi Deforestasi Sumatera, Sejumlah Perusahaan Disorot

Repelita Jakarta - Forest Watch Indonesia menyoroti sejumlah perusahaan yang berperan dalam kerusakan hutan di wilayah Sumatera, seperti diungkapkan oleh jurnalis National Geographic sekaligus salah satu pendiri organisasi tersebut, I Gusti Gede Maha Adi.

Pernyataan itu disampaikan Gusti dalam forum diskusi di kanal YouTube Forum Keadilan TV pada Selasa, 23 Desember 2025.

Menurutnya, proses penghancuran hutan primer di Indonesia bermula dari Kalimantan, tepatnya Kalimantan Timur yang kini menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara.

“Awalnya itu dimulai di Kalimantan. Kalimantan Timur. Sekarang jadi IKN,” kata Gusti.

Di wilayah tersebut, pelaku utama mencakup keluarga besar Cendana atau kerabat Presiden kedua RI Soeharto.

“Tentara masuk. Keluarga cendana juga masuk. Sekitar 2,4 juta hektare keluarga besar Cendana menguasai HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di sana,” ujarnya.

Selain itu, tokoh bisnis seperti Prayogo Pangestu dan Bob Hasan juga terlibat sebagai aktor awal yang kini menjadi raksasa ekonomi.

Setelah Kalimantan mengalami eksploitasi masif, perhatian beralih ke Sumatera.

“Sumatera sebenarnya setelah Kalimantan habis,” ucapnya.

Sekitar 15 tahun silam, penelitian menunjukkan petani rakyat kecil sebagai penyumbang terbesar deforestasi di Sumatera karena jumlahnya yang banyak dan kebiasaan membuka lahan baru.

“Misalnya membuka kopi. Kalau produksi kopinya turun, hutannya dibabat. Jadi tidak ada peremajaan misalnya,” imbuhnya.

Kondisi kini berubah dengan keterlibatan sektor pertambangan dan konsesi kehutanan skala besar.

“Bukan hanya masyarakat, yang besar-besar juga. Bukan hanya hutan HPH, tetapi juga tambang. Tambang ini menjadi driver besar juga. Terutama tambang di Sumatera Utara, itu tambang emas yang besar,” jelasnya.

Pelaku utama tetap dari kalangan konglomerat lama yang mempertahankan bisnis inti mereka.

“Masih yang besar-besar sih. Masih-masih pemain lama sebenarnya. Meskipun sudah jadi konglomerat, tapi itu kan memang bisnis utamanya di situ. tidak meninggalkan itu juga kan,” paparnya.

Beberapa nama perusahaan yang disebut termasuk PT Perkebunan Nusantara, Musimas Group, Bakri, Wilmar Group dengan lahan sekitar 33.000 hektare, Indofood Agro yang menguasai rantai pasok hulu hilir untuk efisiensi harga, Torganda, serta Sinarmas.

“Misalnya da PTPN, ada Musimas Group, ada Bakri. Kemudian Wilmar Group. Wilmar itu relatif kecil, 33.000 hektare. Tapi ada juga Indofood Agro, itu kan rantai pasokan mesti kalau bisa kuasai hulur dan hilir. Agar efisien dan efektif, murah harganya. Ada Torganda juga. Kemudian ada Sinarmas. Itu bermain,” tambahnya.

Gusti juga merujuk delapan perusahaan yang baru-baru ini disebut Menteri Lingkungan Hidup untuk diinvestigasi di sepanjang Daerah Aliran Sungai Batang Toru karena skala penebangan yang sangat luas.

“Tapi kalau kita menyempit pada delapan perusahaan yang beberapa hari lalu disampaikan Menteri Lingkungan akan diperiksa atau diinvestigasi di sepanjang DAS Batang Toru, karena begitu masifnya gelondongan,” pungkasnya.

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved