Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Edy Mulyadi: Kudeta Merangkak Jokowi untuk Gibran, Prabowo Bisa Jadi Korban Skrip Sendiri

 Ketua Tim Reformasi Polri Gibran, Sekretaris Listyo Sigit, Jokowi Penasehat - Duta.co Berita Harian Terkini

Repelita Jakarta - Jurnalis senior Edy Mulyadi menyatakan bahwa isu kudeta senyap yang melibatkan mantan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk menggeser Presiden Prabowo Subianto terus menggeliat sepanjang tahun 2025.

Menurut Edy Mulyadi, narasi ini bukan muncul dari ruang kosong, melainkan didorong oleh manuver halus melalui sabotase ekonomi dan rekayasa konstitusi demi mempercepat Gibran naik takhta jauh sebelum waktunya.

Edy Mulyadi menilai Prabowo justru terjebak dalam skenario yang ironisnya dia sendiri bantu ciptakan ketika menerima Gibran sebagai pendamping.

Edy Mulyadi mengutip Kolonel Purn Sri Radjasa yang menyebut adanya operasi garis dalam yang gagal di tengah jalan, termasuk kerusuhan bertopeng aspirasi rakyat pada akhir Agustus 2025 sebagai upaya terakhir pihak pro-Jokowi untuk mencoreng citra Prabowo.

Edy Mulyadi juga merujuk pernyataan Said Didu bahwa Gibran bukan sekadar pewaris darah, melainkan polis asuransi oligarki yang panik melihat Prabowo mulai menunjukkan sikap reformis yang sulit dikendalikan.

Edy Mulyadi menyoroti bansos beraroma lama, menteri kunci yang sulit diganti, serta perintah singkat dari Solo yang masih didengar di Istana sebagai bukti Jokowi memerintah secara tidak langsung untuk periode ketiga.

Edy Mulyadi menyatakan bahwa di X, narasi ini sering dibandingkan dengan 1998 di mana ekonomi sengaja dilemahkan untuk menjatuhkan presiden.

Edy Mulyadi menyebut rumor reshuffle besar-besaran pada Januari 2026 yang akan menyapu menteri pro-Jokowi justru akan membuktikan adanya blueprint kudeta merangkak.

Edy Mulyadi menegaskan bahwa Prabowo bukan pemain baru dan setelah 14 bulan menjabat sudah cukup paham aroma intrik istana lama, terlihat dari penempatan loyalis di pos strategis.

Edy Mulyadi menambahkan bahwa Gibran belum punya modal politik cukup kuat, sementara Jokowi sudah kehilangan akses langsung ke alat negara.

Edy Mulyadi menutup analisisnya dengan pertanyaan klasik: sampai kapan seorang mantan presiden boleh bertindak sebagai matahari kembar, dan sampai kapan wakil presiden dicurigai hanya karena marganya.

Edy Mulyadi menyimpulkan bahwa kudeta merangkak mungkin pernah ada dalam imajinasi atau slide rahasia, tapi untuk menjadi nyata masih butuh kesalahan fatal dari Prabowo sendiri.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved