
Repelita Jakarta - Ribuan mantan pendukung fanatik Prabowo Subianto dari era 2014 dan 2019 kini menyatakan kekecewaan mendalam terhadap gaya kepemimpinan presiden yang baru menjabat.
Mereka yang dulu rela berpanas-panas di jalanan demi membela nama Prabowo kini merasa dikhianati karena melihat praktik pencitraan yang sama persis dengan yang pernah mereka lawan pada masa Jokowi.
Karung bantuan bencana alam di berbagai daerah kini kembali memajang tulisan besar “Bantuan Presiden Republik Indonesia” disertai logo kepresidenan dan foto wajah presiden.
Padahal dana tersebut sepenuhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dikumpulkan dari pajak rakyat.
Banyak di antara mereka mempertanyakan mengapa bantuan negara harus dipersonalisasi seolah berasal dari kantong pribadi seorang presiden.
Mereka menilai langkah ini justru menghidupkan kembali kultus individu yang dulu pernah dikecam habis-habisan oleh Prabowo sendiri saat masih menjadi oposisi.
Pertanyaan yang kini menggantung di benak para pendukung lama itu sangat tajam.
Di mana bedanya Prabowo dengan Jokowi jika cara membagikan bantuan negara tetap menggunakan wajah dan nama pribadi sang kepala negara.
Mereka menegaskan bahwa yang dibutuhkan rakyat bukan foto presiden di setiap karung beras melainkan institusi negara yang kuat dan berwibawa.
Rasa kecewa ini bukan semata karena program makan siang gratis belum terealisasi melainkan karena hilangnya integritas yang dulu menjadi alasan utama mereka memilih Prabowo.
Jika sosok yang pernah dianggap sebagai harapan perubahan justru mengulang pola lama yang pernah dibenci maka kepercayaan rakyat terhadap pemimpin manapun akan terus terkikis.
Mereka hanya ingin melihat negara ini dipimpin dengan martabat di mana bantuan kepada rakyat tidak lagi menjadi alat pencitraan pribadi.
Editor: 91224 R-ID Elok

