Repelita Tapanuli Tengah - Bupati Tapanuli Tengah Masinton Pasaribu mengungkapkan bahwa selama sembilan bulan menjabat ia menyaksikan langsung pembabatan hutan secara masif di hampir seluruh perbukitan wilayahnya untuk dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Ia menyatakan telah mengunjungi berbagai lokasi di kecamatan-kecamatan dan menemukan fenomena serupa dimana pohon-pohon besar ditebang kemudian kayunya disenso atau ditinggalkan menumpuk di atas bukit sementara lahannya langsung ditanami sawit.
Menurut data Badan Pusat Statistik yang dikutip Masinton luas deforestasi di Tapanuli Tengah melonjak drastis dari sekitar 16.000 hektare pada 2023 menjadi lebih dari 40.800 hektare pada 2024 hanya dalam kurun satu tahun.
Pembalakan liar tersebut menjadi pemicu utama banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah itu akhir November lalu karena potongan kayu besar ikut terbawa arus dan memperparah kerusakan.
Saat bencana terjadi Masinton yang baru pulang dari Medan terpaksa berjalan kaki selama sebelas jam untuk menembus ratusan titik longsor yang sangat tebal di perbatasan Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah.
Dalam perjalanan malam itu salah satu mobil dinas wakil bupati yang ikut dalam rombongan terperosok lumpur sehingga harus ditinggalkan dan rombongan terpaksa menginap di warung pinggir jalan.
Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sambil bertanya kepada warga setempat.
Seorang lansia berusia 84 tahun yang dijumpai Masinton mengaku seumur hidup belum pernah menyaksikan longsor sebanyak dan sebesar itu disertai banjir bandang yang membawa batang-batang kayu besar.
Masinton menegaskan bahwa alih fungsi hutan di perbukitan menjadi penyebab langsung bencana yang menimpa masyarakat Tapanuli Tengah.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

