Repelita Jakarta - Pengamat politik Rocky Gerung kembali menyampaikan pandangan kritis terhadap para presiden Indonesia dari masa Orde Baru hingga pemerintahan Joko Widodo.
Ia menilai bahwa setiap presiden memiliki warisan tersendiri, baik dalam bentuk kebijakan maupun nilai yang ditinggalkan kepada bangsa.
Rocky menyebut bahwa dirinya tidak pernah memberikan dukungan penuh kepada presiden yang sedang berkuasa, termasuk kepada Soeharto.
Menurut Rocky, ia pernah ikut berdemo menentang pemerintahan Soeharto karena tidak melihat kesempurnaan dalam kepemimpinannya.
Ia juga mengkritik B.J. Habibie yang dinilai terlalu fokus mengalokasikan anggaran negara untuk proyek industri strategis.
Rocky menyebut bahwa dalam kondisi ekonomi yang terpuruk, investasi besar di bidang teknologi saat itu dianggap tidak rasional.
Meski begitu, ia mengakui bahwa ide Habibie cukup visioner, hanya saja kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan situasi saat itu.
Tentang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Rocky mengaku sempat mendukung karena kedekatan pribadi dan kesamaan pandangan.
Namun, ia menilai Gus Dur kehilangan kemampuan dalam memainkan politik parlemen sehingga kepemimpinannya menjadi tidak stabil.
Rocky menyebut bahwa Gus Dur sempat mengambil langkah drastis dengan menerbitkan Perpu untuk membubarkan parlemen.
Meski demikian, ia mengapresiasi warisan Gus Dur dalam hal kemajemukan dan toleransi yang menurutnya sangat penting bagi Indonesia.
Rocky menyatakan bahwa Gus Dur meninggalkan nilai kemajemukan sebagai warisan yang tak ternilai.
Ia menyebut bahwa warisan tersebut menjadi fondasi penting dalam menjaga keberagaman di Indonesia.
Berbeda dengan Gus Dur, Rocky menilai bahwa Joko Widodo tidak meninggalkan warisan yang dapat dikenang secara positif.
Ia menyebut bahwa infrastruktur bukanlah warisan yang kuat karena mudah dibongkar ulang seperti yang terjadi di negara lain.
Rocky menyatakan bahwa Jokowi gagal dalam aspek ekonomi dan politik serta tidak berhasil mempertahankan sistem demokrasi yang sudah terbentuk.
Menurutnya, tidak ada pembeda besar dari Jokowi selain catatan buruk dalam menjaga demokrasi.
Rocky menyebut bahwa publik mungkin akan mengingat Jokowi sebagai sosok yang gagal dalam mempertahankan nilai-nilai demokrasi.
Ia bahkan menyebut Jokowi sebagai Pinokio dalam konteks pemerintahan yang dinilainya paling buruk.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

