
Repelita Jakarta - Polemik video Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang memperlihatkan dirinya membuka tas milik seorang siswi di sekolah rakyat terus menuai sorotan publik.
Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun X @NHenryp29864 pada Rabu, 24 September 2025, dan langsung menyebar luas di berbagai platform media sosial.
Dalam video itu, Gibran terlihat mengeluarkan isi tas yang berada di hadapan seorang siswi, lalu meletakkannya di atas meja.
Aksi tersebut memicu beragam komentar dari warganet yang menilai tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap privasi siswa.
Salah satu komentar yang paling mencuri perhatian datang dari tokoh publik Sutan Mangara Harahap yang mempertanyakan peran Wakil Presiden dalam situasi tersebut.
“Apa Wakil Presiden sekarang jadi satpam sekolah?” ujar Sutan Mangara dalam unggahan di akun pribadinya yang ikut membagikan video tersebut.
Pernyataan itu langsung mendapat respons dari berbagai kalangan yang mempertanyakan urgensi dan etika tindakan Gibran saat berinteraksi dengan siswa.
Sebagian warganet menilai bahwa tindakan tersebut tidak mencerminkan sikap seorang pejabat negara yang seharusnya menjaga batasan dan etika publik.
Komentar lain menyebut bahwa tindakan membuka tas siswa tanpa izin bisa berdampak psikologis dan menimbulkan rasa malu bagi anak.
Namun, klarifikasi muncul dari unggahan TikTok @m.faridsakti yang menyebut bahwa video tersebut telah dipotong dan tidak menunjukkan konteks sebenarnya.
Dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa Gibran tidak sedang menggeledah tas milik siswi, melainkan menunjukkan isi tas bantuan yang diberikan kepada siswa.
Kunjungan Gibran ke sekolah rakyat di Kabupaten Deli Serdang pada Agustus 2025 bertujuan untuk membagikan tas sekolah dan perlengkapan belajar kepada murid.
Tas yang dibuka oleh Gibran merupakan tas baru yang berisi alat tulis, buku, dan perlengkapan lainnya yang disiapkan oleh tim Wapres.
Gibran disebut hanya ingin menjelaskan kepada siswa mengenai isi tas bantuan tersebut agar mereka tahu fungsi masing-masing barang.
Pihak sekolah juga memberikan klarifikasi bahwa tidak ada tas pribadi siswa yang diperiksa oleh Wapres selama kunjungan berlangsung.
Semua tas yang dibuka merupakan bagian dari program bantuan pendidikan yang disalurkan secara resmi kepada siswa-siswi penerima.
Meski demikian, persepsi negatif tetap berkembang karena video yang beredar tidak menunjukkan keseluruhan kejadian secara utuh.
Potongan video yang viral dinilai menyesatkan dan memicu kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Beberapa tokoh publik menyarankan agar pejabat negara lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan siswa agar tidak menimbulkan kontroversi.
Mereka juga meminta agar masyarakat tidak langsung mengambil kesimpulan dari potongan video tanpa melihat konteks penuh.
Polemik ini menjadi pelajaran penting mengenai pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya ke publik.
Klarifikasi dari berbagai pihak diharapkan dapat meredam kegaduhan dan mengembalikan fokus pada tujuan utama kunjungan Wapres.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

