Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

[HEBOH] Diaspora Indonesia di Sydney Ungkap Gibran Hanya 6 Bulan di UTS, Dosen IPB Sebut Surat Keterangan Penyetaraan Bodong

 

Repelita Sydney - Ihsan, seorang diaspora Indonesia yang tinggal di Sydney, menceritakan pengalaman pribadinya terkait kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi pada tahun 2017.

Ia diminta pihak KJRI untuk menemani Gibran Rakabuming Raka, Selvi Ananda, dan Jan Ethes berkeliling Kota Sydney menggunakan mobil pribadinya.

Selama perjalanan, Gibran meminta Ihsan mengantarnya ke UTS Insearch dan bercerita bahwa ia pernah belajar di sana, namun hanya selama enam bulan dan tidak menyelesaikan program.

Pernyataan Ihsan ini kemudian mendapat perhatian publik, termasuk dosen IPB, Meilanie Buitenzorgy, yang baru-baru ini menyinggung isu ijazah Gibran melalui akun media sosialnya.

Meilanie menulis, "Wow! Ini benar-benar wow! Padahal dalam dokumen publik resmi di KPU maupun Kemensetneg, Gibran klaim menjalani pendidikan di UTS Insearch selama 3 tahun."

Ia menambahkan, "Kalau orang-orang seperti saya hanya bisa menganalisis dengan berbekal berbagai informasi yang tersedia di domain publik, Pak Ihsan ini statusnya SAKSI MAHKOTA."

Meilanie mempertanyakan, mengapa riwayat pendidikan Gibran di UTS Insearch hanya ditunjukkan melalui Surat Keterangan Penyetaraan keluaran Ditjen Dikdasmen dan tidak sertifikat asli dari UTS Insearch.

Ia menegaskan, jika kesaksian Ihsan benar, maka Gibran tidak memiliki Sertifikat UTS Insearch, sehingga Surat Keterangan Penyetaraan yang dikeluarkan Ditjen Dikdasmen menjadi tidak valid.

"Selama ini kita berdebat apakah program UTS Insearch itu betul setara SMA. Jadi antiklimaks KALAU ternyata sertifikat UTS Insearch-nya sendiri malah tidak dimiliki Gibran," ujar Meilanie.

Lebih lanjut, Meilanie menekankan bahwa Gibran dan Kementerian Dikdasmen harus menunjukkan sertifikat kelulusan program UTS Insearch kepada publik.

Publik kemudian bisa menanyakan langsung ke pihak UTS apakah sertifikat tersebut benar-benar diterbitkan oleh universitas.

Dokumen tambahan yang diminta Meilanie adalah seluruh halaman paspor Gibran selama studi di Australia sebagai bukti keaslian masa studi.

Ia menambahkan pengalamannya sendiri, bahwa proses penyetaraan ijazah luar negeri untuk S2 dan S3 sangat ketat dan melibatkan seluruh halaman paspor sebagai persyaratan wajib.

"Bagi rakyat jelata seperti saya, proses penyetaraan ijazah LN sangatlah ribet dan berliku-liku. Padahal kita jungkir balik menjalani kuliah di universitas terbaik dunia, bukan kuliah di kampus abal-abal yang rankingnya bahkan jauh di bawah ranking PTN Indonesia," tulis Meilanie.

Ia menegaskan, banyak lulusan universitas top dunia memilih berkarier di luar negeri karena tidak ingin menjalani proses penyetaraan ijazah yang memalukan.

"Tak sedikit putra-putri terbaik bangsa lulusan kampus top dunia macam Harvard, MIT, Oxford akhirnya memilih berkarier di LN karena tak sudi menjalani proses 'humiliasi' penyetaraan ijazah oleh Kementerian Pendidikan RI. 'Kita diperlakukan seperti maling ijazah, lulusan kampus abal-abal. Sorry yeee. Mendingan kabur aja!'" ujarnya.

Meilanie menutup pernyataannya dengan menekankan adanya perbedaan perlakuan antara rakyat jelata dan anak Presiden dalam konteks penyetaraan pendidikan. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved