
Repelita Sydney - Seorang pria bernama Ihsan yang tinggal di Sydney mengungkapkan bahwa dirinya pernah diminta oleh pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia untuk menemani keluarga Presiden Jokowi saat kunjungan kenegaraan ke Australia pada tahun 2017.
Ihsan menyebut bahwa ia diminta mengantar Gibran Rakabuming Raka, Selvi Ananda, dan Jan Ethes berkeliling kota menggunakan mobil pribadinya.
Dalam perjalanan tersebut, Gibran meminta agar diantar ke kampus UTS Insearch.
Saat tiba di lokasi, Gibran mengaku kepada Ihsan bahwa ia pernah bersekolah di sana, namun hanya berlangsung selama enam bulan dan tidak sampai menyelesaikan programnya.
Pernyataan Ihsan ini kemudian memicu reaksi dari Meilanie Buitenzorgy, seorang dosen dari Institut Pertanian Bogor yang sebelumnya sempat viral karena membahas dokumen pendidikan Gibran.
Melalui akun media sosialnya pada 26 September 2025, Meilanie menulis: "Wow! Ini benar-benar wow! Padahal dalam dokumen publik resmi di KPU maupun Kemensetneg, Gibran klaim menjalani pendidikan di UTS Insearch selama 3 tahun." [https://www.facebook.com/meilanie.buitenzorgy]
Ia menambahkan bahwa jika kesaksian Ihsan benar, maka statusnya adalah saksi mahkota karena memiliki pengalaman langsung bersama Gibran.
Meilanie juga mempertanyakan mengapa dokumen yang ditampilkan ke publik hanya berupa Surat Keterangan Penyetaraan dari Ditjen Dikdasmen, tanpa disertai sertifikat asli dari UTS Insearch.
Ia menulis: "Lalu…. BOOM! Muncul video kesaksian Pak Ihsan ini…"
Menurut Meilanie, jika Gibran tidak memiliki sertifikat kelulusan dari UTS Insearch, maka Surat Keterangan Penyetaraan yang dikeluarkan oleh Ditjen Dikdasmen bisa dianggap tidak sah.
Ia menyebut bahwa selama ini publik memperdebatkan apakah program UTS Insearch setara dengan jenjang SMA.
Namun, perdebatan tersebut menjadi tidak relevan jika ternyata Gibran tidak memiliki sertifikat dari institusi tersebut.
Meilanie menyatakan bahwa hal ini bisa menjadi skandal besar yang melibatkan institusi negara.
Ia menegaskan bahwa Gibran dan Kementerian Dikdasmen harus menunjukkan sertifikat kelulusan dari UTS Insearch kepada publik.
Selain itu, mereka juga harus membuka seluruh halaman paspor Gibran selama masa studi di Australia.
Menurut Meilanie, paspor merupakan dokumen wajib dalam proses penyetaraan pendidikan luar negeri untuk membuktikan keberadaan fisik selama masa studi.
Ia membandingkan dengan pengalamannya sendiri saat mengajukan penyetaraan ijazah S2 dari Wageningen University dan S3 dari University of Sydney.
Meilanie mengungkapkan bahwa proses penyetaraan sangat rumit dan melelahkan, bahkan bagi lulusan universitas ternama dunia.
Ia menyebut bahwa banyak lulusan kampus top dunia seperti Harvard, MIT, dan Oxford memilih berkarier di luar negeri karena enggan menjalani proses penyetaraan yang dianggap merendahkan.
Ia menulis: "Kita diperlakukan seperti maling ijazah, lulusan kampus abal-abal. Sorry yeee. Mendingan kabur aja!"
Meilanie menutup pernyataannya dengan menyindir bahwa rakyat biasa seperti dirinya tentu mendapat perlakuan berbeda dibandingkan anak presiden.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

