Repelita Jakarta - Pegiat media sosial Chusnul Chotimah kembali melontarkan kritik terhadap para buzzer yang membela Gibran Rakabuming Raka dalam polemik Program Makan Bergizi Gratis.
Melalui akun X @ch_chotimah2 pada Jumat, 26 September 2025, Chusnul menyebut bahwa buzzer Gibran tidak terima jika program MBG dikritik oleh publik.
Ia menilai bahwa sikap defensif tersebut bukan karena kepedulian terhadap program, melainkan karena kritik terhadap MBG bisa merugikan citra politik Gibran.
Chusnul menyebut bahwa jika MBG terus bermasalah, maka nama Prabowo Subianto yang akan terkena dampaknya, sementara Gibran tetap diuntungkan.
Dalam cuitannya, ia menulis: Buzzer Gibran ga terima MBG dikritik, kenapa? Karena yang diuntungkan jika MBG tidak lakukan perbaikan adalah Gibran, nama Prabowo terus rusak.
Chusnul juga menyoroti bagaimana para buzzer Gibran enggan memberikan kritik terhadap MBG.
Ia menyebut bahwa sebagian dari mereka justru melempar tanggung jawab dengan menyatakan bahwa program tersebut milik Presiden Prabowo.
Dalam cuitannya, ia mempertanyakan mengapa buzzer Gibran diam saat MBG mendapat kritik.
Ia menulis: Makanya disaat yang sama sebagian buzzer Gibran, saat kita nyindir mereka kenapa diam soal MBG? Mereka jawab, itu program siapa? Itu program Prabowo. Mereka lepas tangan, mereka menikmati MBG terus bermasalah.
Menurut Chusnul, sikap tersebut menunjukkan bahwa mereka hanya menikmati keuntungan politik dari program yang bermasalah.
Program MBG sendiri belakangan menjadi sorotan karena sejumlah kasus keracunan makanan yang dialami oleh siswa.
Kritik terhadap kualitas dan pengawasan program semakin meningkat di berbagai daerah.
Namun, menurut Chusnul, para buzzer Gibran justru tidak menunjukkan kepedulian terhadap dampak langsung kepada masyarakat.
Ia menilai bahwa mereka lebih fokus pada menjaga citra politik daripada memperbaiki substansi program.
Chusnul menyebut bahwa sikap tersebut menunjukkan rendahnya kepedulian terhadap nasib generasi bangsa.
Dalam cuitan lanjutan, Chusnul menyatakan bahwa kritik terhadap MBG seharusnya tidak dikaitkan dengan serangan terhadap partai politik tertentu.
Ia menolak anggapan bahwa kritik terhadap MBG berarti menyerang PDIP.
Menurutnya, tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya digunakan untuk membungkam suara kritis.
Chusnul menegaskan bahwa kritiknya murni didasarkan pada kepedulian terhadap kualitas program dan dampaknya terhadap anak-anak.
Ia menyebut bahwa buzzer yang menyerang balik hanya berpikir soal keuntungan pribadi, bukan kepentingan bangsa.
Chusnul juga menyinggung bahwa sebagian buzzer memang mendapatkan tugas khusus untuk menyerang pihak-pihak yang mengkritik MBG.
Ia menyebut bahwa pola serangan tersebut sudah terorganisir dan diarahkan untuk membungkam kritik terhadap Gibran.
Menurutnya, buzzer tersebut tidak peduli terhadap substansi program, melainkan hanya menjalankan agenda politik.
Ia menulis: Di otak mereka hny isi perut bukan soal bangsa ini, bukan soal nasib generasi bangsa ini.
Chusnul menyayangkan bahwa kritik terhadap program publik justru dibalas dengan serangan personal.
Dalam beberapa unggahan lainnya, Chusnul juga menyoroti bagaimana buzzer Gibran membela program MBG meski sudah terbukti bermasalah.
Ia menyebut bahwa pembelaan tersebut dilakukan secara membabi buta tanpa mempertimbangkan fakta di lapangan.
Menurutnya, sikap tersebut justru merusak kepercayaan publik terhadap program pemerintah.
Chusnul menegaskan bahwa kritik adalah bagian dari kontrol publik yang sehat dan harus diterima dengan terbuka.
Ia meminta agar para buzzer berhenti membungkam suara rakyat yang peduli terhadap kualitas kebijakan.
Chusnul juga mengajak masyarakat untuk lebih kritis terhadap program-program yang dijalankan oleh pemerintah.
Ia menyebut bahwa partisipasi publik sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan benar-benar berpihak kepada rakyat.
Menurutnya, program MBG harus diperbaiki secara menyeluruh agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak.
Ia menekankan bahwa keselamatan dan kesehatan generasi muda harus menjadi prioritas utama.
Chusnul menyebut bahwa pembelaan politik tidak boleh mengorbankan kepentingan publik.
Dalam cuitan lainnya, Chusnul juga menyindir para buzzer yang hanya aktif saat ada kepentingan politik.
Ia menyebut bahwa mereka tidak pernah muncul saat rakyat mengalami kesulitan akibat kebijakan yang buruk.
Menurutnya, buzzer hanya muncul untuk membela tokoh politik yang mereka dukung, bukan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Chusnul menyebut bahwa pola ini harus dihentikan agar demokrasi bisa berjalan sehat.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh narasi buzzer yang menyesatkan.
Chusnul juga menekankan bahwa kritik terhadap MBG bukan berarti menolak program makan bergizi secara keseluruhan.
Ia menyebut bahwa program tersebut memiliki tujuan baik, namun pelaksanaannya harus diawasi ketat.
Menurutnya, pemerintah harus terbuka terhadap masukan dan segera melakukan evaluasi menyeluruh.
Ia menyarankan agar pengawasan dilakukan secara independen dan melibatkan masyarakat sipil.
Chusnul menyebut bahwa transparansi adalah kunci keberhasilan program publik.
Dalam penutup cuitannya, Chusnul menyatakan bahwa ia akan terus menyuarakan kritik terhadap kebijakan yang merugikan rakyat.
Ia menyebut bahwa suara rakyat tidak boleh dibungkam oleh kepentingan politik.
Menurutnya, demokrasi harus memberi ruang bagi semua pihak untuk menyampaikan pendapat.
Chusnul menegaskan bahwa ia tidak akan berhenti menyuarakan kebenaran meski mendapat serangan dari buzzer.
Ia menyebut bahwa masa depan bangsa bergantung pada keberanian rakyat untuk bersuara.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

