Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Sedih Lihat Konflik Thailand-Kamboja, Ini Pandangan SBY Soal Situasi Dunia Saat Ini, Termasuk Gaza

Repelita Jakarta - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan pandangan terbarunya mengenai perkembangan berbagai isu global yang menurutnya patut menjadi perhatian bersama, terutama dalam situasi dunia yang semakin penuh tantangan akhir-akhir ini.

Dalam unggahan di akun X pribadinya pada Sabtu 26 Juli 2025, SBY menyoroti empat hal penting yang menjadi sorotannya, mulai dari konflik di Gaza, pengakuan kemerdekaan Palestina oleh Prancis, pecahnya bentrokan bersenjata di perbatasan Kamboja-Thailand, hingga dinamika negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Mengenai Gaza, SBY menilai bahwa semakin banyak negara yang mulai berani bersuara untuk mendorong berakhirnya perang dan bencana kemanusiaan ekstrem yang terjadi di sana, meski langkah tersebut sudah sangat terlambat.

Ia menyebut empat negara Eropa anggota G7 yakni Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia secara terang-terangan meminta perang di Gaza dihentikan demi menuntaskan tragedi kemanusiaan yang sudah sangat memprihatinkan.

SBY pun mendorong agar negara-negara besar tersebut tidak hanya berhenti pada seruan, tetapi juga bertindak lebih lanjut bersama komunitas internasional guna menjamin terwujudnya perdamaian dan penghentian konflik berdarah itu.

Menurutnya, diplomasi nyata serta tindakan serius mesti diupayakan agar suara-suara moral tersebut tidak berakhir hanya sebagai slogan belaka.

SBY mengusulkan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan digelar di New York pada September mendatang seharusnya menjadi forum efektif untuk mendorong penyelesaian perang Gaza dan penanganan dampak kemanusiaannya.

Ia juga menyoroti betapa kontrasnya kondisi masyarakat Gaza yang setiap hari harus berjuang sekadar untuk makan dan menyelamatkan nyawa, sementara di sisi lain, banyak orang di belahan dunia lain menontonnya dengan nyaman dari ruang berpendingin sambil menikmati hidangan lezat.

Ia menekankan bahwa sudah menjadi kewajiban moral seluruh umat manusia untuk melakukan sesuatu yang nyata demi mengakhiri penderitaan saudara-saudara di Gaza yang disebutnya sudah melampaui batas kemanusiaan.

Terkait pengakuan Prancis atas kemerdekaan Palestina, SBY menilai langkah tersebut sangat bersejarah mengingat Prancis merupakan negara besar di Eropa yang juga anggota G7 dan memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB.

Ia menegaskan kebijakan luar negeri Prancis ini bisa menjadi jembatan baru dalam mewujudkan perdamaian Israel-Palestina melalui konsep solusi dua negara yang ia anggap paling realistis dibanding opsi satu negara.

Menurutnya, syarat dasar agar solusi dua negara dapat terwujud adalah adanya pengakuan timbal balik dari Israel dan Palestina, serta dukungan internasional yang kuat dan meluas agar rencana tersebut benar-benar terlaksana di lapangan.

Ia mengakui bahwa jalan menuju solusi damai ini masih panjang dan rumit, namun menurutnya hal tersebut tetap mungkin dicapai asalkan ada komitmen bersama dan kerja sama nyata seluruh pihak terkait.

Mengenai pecahnya bentrokan bersenjata di perbatasan Kamboja dan Thailand, SBY menyatakan keprihatinannya karena situasi tersebut menjadi kemunduran bagi ASEAN yang selama puluhan tahun diakui sebagai contoh kerja sama regional yang damai.

Ia menyoroti eksodus warga di perbatasan kedua negara yang jumlahnya tidak sedikit, yang menurutnya menjadi pemandangan memilukan bagi masyarakat Asia Tenggara.

Meski begitu, SBY meyakini jalan damai masih terbuka lebar.

Ia mengingatkan bahwa ASEAN sebagai rumah bersama memiliki sumber daya politik yang cukup kuat untuk mendorong kedua negara kembali duduk bersama mencari jalan keluar.

Ia pun mengingatkan pengalamannya ketika menjabat sebagai Ketua ASEAN pada 2011 yang berhasil memediasi Kamboja dan Thailand melalui pertemuan segitiga di Jakarta, yang waktu itu menghadirkan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva beserta jajaran Menteri Luar Negeri masing-masing.

Mediasi itu menghasilkan kesepakatan damai yang mampu meredam konflik di kawasan tersebut hingga 14 tahun lamanya.

SBY berharap pengalaman itu menjadi modal optimisme agar bentrokan terbaru ini dapat diakhiri dengan pendekatan damai sesuai semangat Piagam ASEAN 2007.

Terkait negosiasi tarif antara Amerika Serikat dan Uni Eropa, SBY menilai proses tersebut membawa angin segar di tengah ketegangan perdagangan global yang rentan memicu instabilitas ekonomi dunia.

Menurutnya, meski perundingan tarif sering berjalan alot dan memerlukan waktu panjang, tetap lebih baik dibanding aksi saling mengancam atau kebijakan sepihak yang bisa memicu perang dagang berkepanjangan.

Ia mengingatkan agar semua negara di dunia memiliki pandangan yang sama bahwa perang tarif seharusnya tidak dijadikan agenda tetap karena justru dapat merugikan sistem perdagangan global yang adil.

SBY pun mengajak semua pihak berpikir dan bertindak jernih agar tata niaga internasional benar-benar berjalan dengan adil serta memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dunia.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved