Repelita Pemalang - Kepolisian Resor Pemalang mengalami pergantian pucuk pimpinan menyusul peristiwa bentrokan antara massa Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) dan Front Persaudaraan Islam (FPI) dalam kegiatan ceramah Ustaz Rizieq Shihab di wilayah Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, pada Rabu (23/7/2025).
Kapolres sebelumnya, AKBP Eko Sunaryo, resmi digantikan oleh AKBP Rendy Setia Permana yang sebelumnya menjabat sebagai Kasubdit Paminal Propam Polda Bali.
Serah terima jabatan dilakukan pada Selasa (29/7/2025) dan menjadi bagian dari rangkaian mutasi sejumlah pejabat kepolisian di lingkungan Polda Jawa Tengah.
AKBP Eko Sunaryo selanjutnya dipindahkan ke Mabes Polri sebagai Kasubbagmonev Bagpenkompeten Robinkar SSDM Polri.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, menegaskan bahwa mutasi tersebut merupakan bagian dari kebijakan pembinaan sumber daya manusia dan penyegaran organisasi di tubuh Polri.
Menurutnya, hal ini dilakukan untuk merespons dinamika yang terus berkembang di wilayah hukum Polda Jawa Tengah.
“Mutasi ini merupakan bagian dari tour of duty dan tour of area, yang juga bertujuan untuk mendukung pengembangan karier personel dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,” ujar Artanto dalam keterangan tertulisnya pada Kamis (31/7/2025).
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa penyegaran tersebut merupakan langkah strategis untuk menyesuaikan arah kebijakan dan tantangan tugas yang semakin kompleks, terutama pascabentrokan di Pemalang yang melibatkan dua kelompok ormas saat acara keagamaan berlangsung.
Selain Kapolres Pemalang, beberapa pejabat kepolisian di Jawa Tengah juga mengalami rotasi, termasuk Dirpolairud, Kabidkum, Kayanma, dan Kapolres di wilayah Brebes, Pekalongan, Sragen, serta Wonogiri.
Mutasi ini disebut mencerminkan kepercayaan institusi terhadap para perwira menengah Polri yang dianggap memiliki kapabilitas dalam mengemban tugas baru.
Dengan pergantian pejabat ini, diharapkan lahir semangat baru dan pendekatan segar dalam menjaga keamanan dan ketertiban, khususnya pada wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami gesekan sosial.
Artanto menegaskan bahwa rotasi ini bukan sekadar penggantian posisi, tetapi juga sebagai bentuk evaluasi terhadap dinamika sosial yang terjadi di lapangan.
Ia turut mengimbau kepada masyarakat agar terus memberikan dukungan terhadap kepolisian dalam menjaga ketentraman wilayah dan tidak terpancing isu-isu yang dapat memecah belah kerukunan.
“Sinergi dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan situasi yang aman, nyaman, dan damai,” tutupnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

