Repelita Bandung - Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk mengganti nama RSUD Al Ihsan menjadi RSUD Welas Asih menuai sorotan tajam dari Habib Rizieq Shihab.
Dalam ceramah yang disampaikan melalui kanal YouTube Pencinta Ulama dan diunggah pada 4 Juli 2025, Habib Rizieq menilai langkah tersebut sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap istilah bernuansa Islam dan Arab.
Ia memulai pernyataannya dengan menyinggung soal masuknya kosakata asing dalam Bahasa Indonesia, termasuk istilah Arab yang menurutnya telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat.
"Jadi kita enggak usah alergi dengan bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia, karena masih ada orang yang Islamofobia," ujar Habib Rizieq.
Ia menilai kelompok yang memiliki pandangan Islamofobia cenderung menaruh curiga dan rasa benci terhadap hal-hal yang berkaitan dengan Islam maupun Arab.
"Islamofobia tuh bawaannya kalau yang berbau Islam, berbau Arab, curiga atau khawatir, takut, atau bahkan benci," ungkapnya.
Habib Rizieq secara langsung mengkritik keputusan Gubernur Dedi yang mengganti nama RSUD Al Ihsan dengan Welas Asih.
Ia mengaku tidak mempermasalahkan nama baru tersebut, namun mempertanyakan alasan penghapusan nama Al Ihsan yang menurutnya memiliki makna baik.
"Tahu-tahu Gubernur sekarang minta ganti dengan Welas Asih. Kita enggak katakan Welas Asih itu jelek, tapi ada urusan apa Al Ihsan diganti dengan Welas Asih," ujarnya.
Menurutnya, jika memang ingin menggunakan nama baru, hal tersebut lebih tepat dilakukan pada rumah sakit yang dibangun dari awal, bukan mengganti yang sudah ada.
"Kalau gubernur mau bikin rumah sakit baru, kasih nama Welas Asih, silakan," sambungnya.
Habib Rizieq menduga, penggantian nama dipicu oleh ketidaksukaan terhadap istilah yang dianggap berbau Arab.
"Kenapa uang yang sudah ada, bantuan dari umat kok diganti dari Al Ihsan ke Welas Asih. Karena dia enggak suka tuh kata Al Ihsan, dianggap itu Arab," tuturnya.
Ia menegaskan bahwa istilah seperti Ihsan sudah lumrah digunakan dalam bahasa Indonesia dan tidak seharusnya dihapuskan.
“Padahal Ihsan itu sudah menjadi Bahasa Indonesia, iman, Islam, ihsan, itu bahasa Arab yang sudah menjadi Bahasa Indonesia," terangnya.
Selain itu, ia juga menyoroti beban administratif dan biaya yang timbul akibat perubahan nama tersebut.
"Ganti nama itu berat, karena itu menyangkut administrasi," kata Habib Rizieq.
Ia menilai keputusan itu sebagai hal yang tidak masuk akal jika dilakukan hanya karena alasan subjektif.
"Jangan yang konyol-konyol lah nama Al Ihsan diganti, kecuali kalau namanya jelek," tegasnya.
Di akhir pernyataannya, ia menyebut bahwa penggantian nama dengan motif rasis tidak dapat dibenarkan menurut ajaran Islam.
"Sikap rasis semacam ini haram buat Islam ya akhwat. Haram," pungkasnya.
Menanggapi kritik tersebut, Gubernur Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa nama Welas Asih dipilih karena lebih mudah dipahami masyarakat dan merepresentasikan karakter budaya lokal, khususnya Sunda.
Ia juga menyebut bahwa pergantian nama dilakukan karena adanya sejarah kelam yang melekat pada yayasan pendiri Al Ihsan.
"Rumah sakit itu merupakan barang bukti yang dikembalikan berdasarkan putusan Mahkamah Agung tahun 2023," kata Dedi dalam unggahannya.
"Barang bukti itu merupakan sitaan pengadilan atas kasus korupsi yayasan Al Ihsan," lanjutnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

