Repelita Jakarta - Isu mengenai dugaan gangguan autoimun yang menyerang mantan Presiden Joko Widodo kembali mencuat setelah dua dokter menyoroti perubahan kondisi fisiknya di hadapan publik.
Dokter Tifauzia Tyassuma, melalui unggahan di media sosial X pada 30 Juni 2025, menyebut bahwa pola berjalan Jokowi saat menaiki tangga terlihat tertatih dan mengarah pada kemungkinan gejala autoimun.
Ia menegaskan bahwa kondisi tersebut bukan sekadar tanda kelelahan, melainkan bisa merupakan akibat dari serangan sistem imun terhadap otot atau saraf tubuh.
Menurutnya, gangguan autoimun progresif seperti lupus, multiple sclerosis, atau polimiositis dapat menyebabkan melemahnya otot kaki, tremor, hingga gangguan keseimbangan.
Ketika sistem imun menyerang dirinya sendiri, lanjutnya, tubuh akan mengalami kelambatan gerak, ketidakseimbangan postur, dan kelelahan berat bahkan setelah aktivitas ringan.
“Gerak tubuh tak pernah bohong. Tubuh membawa pesan biologis yang lebih jujur daripada kata-kata,” tulis Dokter Tifa.
Ia mengingatkan bahwa kondisi ini patut diwaspadai oleh keluarga dan orang terdekat Jokowi agar tidak disepelekan.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh dr Richard Lee dalam wawancaranya di kanal YouTube.
Ia menyatakan belum pernah memeriksa Jokowi secara langsung, namun berdasarkan rekaman video, ia menduga adanya alergi sistemik atau kemungkinan autoimun.
“Ada ruam, peradangan, dan perubahan pada mata. Ini bisa disebabkan alergi obat, cahaya matahari, atau bahkan autoimun,” kata Richard Lee.
Ia memaparkan tiga kemungkinan penyebab: reaksi obat, reaksi terhadap paparan sinar matahari saat kunjungan ke Vatikan, atau dugaan autoimun.
Richard menambahkan bahwa untuk memastikan diagnosis, diperlukan pemeriksaan darah secara menyeluruh oleh tim medis.
Meski menilai kondisi Jokowi masih stabil dan mampu beraktivitas, Richard mengimbau agar penyakit tersebut tidak dianggap enteng karena berpotensi menyerang organ vital seperti ginjal.
“Kalau autoimun kan bisa kena ke ginjal, ke organ lainnya. Itu sangat kita sayangkan,” ujarnya.
Ia berharap kondisi tersebut hanya berupa reaksi terhadap cahaya matahari dan bukan gejala autoimun yang lebih serius.
Peringatan dari kedua dokter ini memperkuat perhatian publik atas perubahan fisik Jokowi yang terekam dalam beberapa kesempatan, terutama selama aktivitas pasca kepemimpinan.
Mereka menekankan pentingnya respons cepat, bukan hanya dari sisi medis, tetapi juga dari lingkungan terdekat mantan presiden agar potensi penyakit kronis dapat dicegah sejak awal. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.