
Repelita Tel Aviv - Angka bunuh diri di kalangan tentara Israel terus meningkat di tengah serangan militer yang masih berlanjut ke wilayah Gaza dan menimbulkan tekanan mental berat bagi prajurit di medan konflik.
Pada Juli ini saja, sudah tercatat enam tentara Israel yang mengakhiri hidupnya, termasuk Ariel Meir Taman, seorang tentara cadangan IDF yang pernah bertugas di Rabbinate IDF, yaitu lembaga otoritas agama Yahudi di lingkungan militer Israel.
Taman juga diketahui terlibat dalam tugas identifikasi jenazah para tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza, membuat tekanan psikologis yang ia hadapi semakin bertambah berat.
Ia ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri pada Minggu 27 Juli 2025 di kediamannya di Ofakim, kawasan selatan Israel, menambah daftar panjang tentara yang bunuh diri sejak pecahnya konflik besar pada Oktober 2023.
Media Israel, Haaretz, melaporkan pada Selasa 29 Juli 2025 bahwa kasus Taman menjadi catatan keenam sepanjang bulan ini, menegaskan bahwa persoalan kesehatan mental di barak militer Israel semakin memprihatinkan.
Laporan dari Ynet juga menyebut, hanya dalam satu setengah minggu pertama Juli, tiga anggota IDF memutuskan bunuh diri, menggambarkan kondisi para tentara muda yang dipaksa menghadapi horor perang dan kehilangan rekan di garis depan.
Media itu menulis, banyak tentara, terutama para cadangan yang diturunkan ke zona konflik, harus menanggung beban menyaksikan kematian dan kehancuran, membuat trauma psikologis kian membekas dan memicu tindakan nekat.
Sejak awal 2024, grafik bunuh diri di tubuh militer Israel terlihat menanjak signifikan, namun IDF hanya merilis data resmi melalui laporan tahunan sehingga sulit mengetahui detail lonjakan kasus secara periodik.
Menurut data terbuka, sepanjang 2024 tercatat 21 kasus bunuh diri tentara Israel, angka tertinggi sejak 2011, sementara pada 2023 tercatat 17 kasus serupa.
Haaretz mencatat, sejak agresi ke Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 40 tentara Israel telah bunuh diri, mayoritas berasal dari barisan cadangan yang terpaksa angkat senjata lagi setelah lama beralih ke kehidupan sipil.
Laporan media internasional seperti France24 juga menggarisbawahi, ribuan tentara cadangan IDF berhenti bertugas di medan tempur karena tidak lagi sanggup menanggung tekanan mental berkepanjangan.
Ahli kesehatan mental Israel, Profesor Yossi Levi-Belz, menilai kondisi saat ini bisa memicu gelombang bunuh diri susulan jika tidak ditangani serius oleh otoritas militer dan pemerintah Israel.
Di sisi lain, agresi Israel ke Gaza yang sudah berjalan hampir 10 bulan telah merenggut hampir 60.000 korban jiwa, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sekaligus meluluhlantakkan fasilitas kesehatan dan memicu bencana kemanusiaan di Jalur Gaza.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

