Repelita Mataram - Tim SAR gabungan sedang mempertimbangkan penggunaan helikopter dalam proses evakuasi pendaki asal Brasil berinisial JDSP yang dilaporkan jatuh ke jurang di jalur pendakian Gunung Rinjani.
Korban dilaporkan jatuh di kawasan Cemara Nunggal, jalur menuju puncak, pada Sabtu 21 Juni.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman Wasur, menjelaskan bahwa opsi helikopter diusulkan dalam rapat evaluasi bersama Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal.
Lalu meminta evakuasi segera dilakukan karena telah melewati 72 jam masa krusial penyelamatan.
“Dengan opsi penggunaan helikopter, mempertimbangkan waktu kritis 72 jam ‘Golden Time’ dalam penyelamatan di alam bebas,” ujar Yarman, Senin 23 Juni.
Kepala Kantor Basarnas Mataram, Muhamad Hariyadi, menyebut bahwa evakuasi melalui udara memungkinkan secara teknis, namun bergantung pada spesifikasi helikopter dan kondisi cuaca.
“Paling tidak memiliki hoist untuk air lifting dan cuaca yang sangat cepat berubah juga mempengaruhi bisa tidaknya proses evakuasi mempergunakan helikopter,” jelasnya.
Tim SAR tetap bersiaga dan berkomitmen melanjutkan operasi penyelamatan seoptimal mungkin demi kemanusiaan.
Pencarian dimulai sejak Sabtu pukul 14.32 Wita, dengan tim pendahulu yang tiba di lokasi jatuhnya korban dan langsung memasang tali.
Namun hingga malam hari, tali sepanjang 300 meter belum cukup untuk menjangkau korban.
“Pukul 20.00 Wita, tim telah turun hingga 300 meter namun belum menjangkau korban, berusaha memanggil korban tapi tidak ada sahutan ataupun respons,” jelas Yarman.
Salah satu anggota tim bahkan bermalam di tebing dengan teknik flying camp di kedalaman 200 meter.
Pencarian berlanjut keesokan harinya, Minggu 22 Juni, dengan penyambungan tali dan pemanfaatan drone thermal.
Namun, hasil visual dari drone pada pukul 10.00 WIB menunjukkan korban sudah tidak berada di titik sebelumnya.
Kabut tebal dan kondisi basah menyulitkan pencarian dan menghambat efektivitas drone thermal. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok