Repelita Jakarta - Monique Rijkers, aktivis pro-Israel asal Indonesia, menyoroti perubahan sikap Iran terhadap Israel sejak Revolusi Islam 1979.
Ia menyebutkan bahwa kebencian yang diusung rezim baru Iran menjadi sumber penyebaran propaganda anti-Israel secara global melalui peringatan Hari Al-Quds.
Sebelum revolusi, hubungan Iran dan Israel terbilang bersahabat dan Iran termasuk negara Muslim pertama yang mengakui kemerdekaan Israel pada 1948.
Setelah pergantian rezim, retorika keras menyerukan kebinasaan Israel makin marak di berbagai forum internasional.
Monique mengkritik gencatan senjata yang difasilitasi AS pasca-konflik Iran-Israel sebagai perdamaian rapuh tanpa komitmen nyata dari Iran untuk menghentikan dukungan kelompok proksi bersenjata seperti Hamas dan Hizbullah.
Ancaman terbesar adalah program nuklir Iran yang menurut laporan IAEA telah memperkaya uranium hingga 60 persen, mendekati tingkat senjata nuklir.
Ia membela tindakan Israel yang menghancurkan fasilitas nuklir Iran sebagai langkah pencegahan terhadap potensi kehancuran besar di Timur Tengah.
Monique menjelaskan Doktrin Begin Israel yang membolehkan serangan preventif terhadap ancaman nuklir, seperti yang pernah terjadi di Irak dan Suriah.
Israel diyakini memiliki kemampuan nuklir, namun tidak menyebarkan ancaman terbuka, berbeda dengan Iran yang terus menyerukan permusuhan.
Ia menyoroti slogan anti-Israel yang terdengar di Teheran saat gencatan senjata diumumkan dan mendesak Iran untuk mengganti ideologinya tanpa harus mengubah rezim.
Monique mengajak Indonesia sebagai negara Muslim terbesar untuk berperan aktif mendamaikan konflik, bukan terjebak dalam retorika kebencian.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

