Repelita Jakarta – Pernyataan Ketua Umum GRIB Jaya, Rosario de Marshall atau yang lebih dikenal dengan nama Hercules, memicu gelombang kecaman setelah menyebut Jenderal (Purn) Sutiyoso dengan kata-kata yang dinilai melecehkan.
Meskipun Hercules sudah meminta maaf atas ucapannya, berbagai tokoh dan organisasi purnawirawan TNI menyatakan kekecewaannya.
Letjen TNI (Purn) Yayat Sudrajat, mantan Komandan Jenderal Kopassus, menanggapi langsung sikap Hercules dengan nada keras.
Ia menyebut bahwa Hercules tidak memiliki rekam jejak yang layak dibanggakan dalam sejarah operasi militer Indonesia.
Menurut Yayat, Hercules hanyalah seorang tokoh yang pernah dekat dengan aparat, namun tidak pernah menjadi bagian dari struktur resmi militer atau terlibat dalam operasi militer secara langsung.
Yayat menyampaikan bahwa publik harus memahami siapa sebenarnya Hercules di balik citra yang dibentuk selama ini.
Ia menegaskan bahwa sebutan pahlawan atau tokoh perjuangan yang disematkan pada Hercules adalah gambaran keliru.
Di Sumatera Utara, sejumlah purnawirawan TNI menyampaikan protes terbuka terhadap ucapan Hercules yang dianggap menghina para senior militer.
Salah seorang purnawirawan dalam sebuah video yang viral menyampaikan kemarahannya dan menegaskan bahwa Hercules harus meminta maaf secara tulus, bukan hanya demi meredakan kemarahan publik.
Menurut mereka, pernyataan Hercules telah melukai harga diri dan kehormatan para pejuang yang selama ini menjaga martabat TNI.
Respons dari kalangan purnawirawan ini menunjukkan betapa pentingnya penghormatan terhadap jasa-jasa para tokoh militer, terutama mereka yang telah mengabdi kepada negara.
Mereka menyatakan bahwa tindakan Hercules adalah bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai perjuangan yang dijunjung tinggi dalam tubuh TNI.
Sementara itu, mantan Kepala Badan Intelijen Negara, AM Hendropriyono, menyampaikan sudut pandang berbeda.
Ia menyebut bahwa Hercules memang pernah memiliki peran saat konflik di Timor Timur, meski perannya lebih bersifat informal.
Namun, hal itu tidak serta-merta menjadikan Hercules sebagai tokoh militer resmi atau simbol perjuangan nasional.
Pernyataan kontroversial ini menciptakan perpecahan pandangan di tengah masyarakat.
Sebagian menilai Hercules masih pantas dihormati atas jasa lamanya, sementara sebagian lain menuntut pertanggungjawaban atas ucapannya yang telah merusak keharmonisan.
Ketegangan ini memperlihatkan pentingnya menjaga etika dalam menyampaikan pendapat, terutama jika menyangkut tokoh-tokoh yang telah berjasa pada negara.
Hercules kini berada di bawah sorotan publik dan diminta untuk memperbaiki relasi dengan para purnawirawan melalui tindakan nyata, bukan sekadar permintaan maaf di depan kamera.
Editor: 91224 R-ID Elok