Repelita Jakarta - Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, ikut menyoroti keputusan Panglima TNI membatalkan mutasi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo.
Menurut Dino, keputusan tersebut bukan semata-mata kebijakan administratif internal militer.
Ia menilai, terdapat pesan politik yang kuat di balik pembatalan mutasi tersebut.
“Apapun alasan di atas kertas, pembatalan mutasi Letjen Kunto (yang penuh kejanggalan, meresahkan publik dan juga internal TNI),” tulis Dino dalam akun X pribadinya, Sabtu (3/5/2025).
Ia menyebut bahwa langkah itu merupakan sinyal tegas dari Istana.
“Nampaknya ini sinyal keras dari Istana bahwa Panglima Tertinggi TNI adalah Presiden Prabowo, bukan pihak lain,” lanjut Dino.
Pernyataan Dino merespons langkah Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang secara resmi membatalkan mutasi terhadap tujuh perwira tinggi, termasuk Letjen Kunto.
Letjen Kunto sebelumnya dicopot dari jabatan Pangdam III/Siliwangi, namun kemudian dikembalikan ke posisi semula.
Putra dari mantan Wakil Presiden Try Sutrisno ini diketahui merupakan salah satu perwira dengan jabatan strategis.
Kepala Pusat Penerangan TNI Brigjen Kristomei Sianturi menjelaskan, pembatalan dilakukan karena masih ada tanggung jawab organisasi yang tidak bisa ditinggalkan oleh para pati yang dimutasi.
Kristomei menyebut, jika satu tidak bisa bergeser, maka yang lain pun tidak bisa digeser.
Pertimbangan itulah yang akhirnya membuat pimpinan mengeluarkan surat ralat.
Menurut pengamat politik Anthony Budiawan, dinamika ini menunjukkan ketegangan antara Presiden Prabowo dan Presiden sebelumnya, Joko Widodo.
Ia menilai, pencopotan Letjen Kunto semula mengandung unsur politik sebagai respons terhadap posisi sang ayah, Jenderal (Purn) Try Sutrisno, yang mendukung usulan pemakzulan terhadap Wapres Gibran Rakabuming Raka.
Anthony menyebut bahwa keputusan mengembalikan Kunto ke jabatannya adalah bentuk perlawanan Prabowo atas intervensi politik tertentu.
“Ini kelicikan politik. Seolah pendapat bebas dari sang ayah harus dibayar oleh si anak yang masih aktif di TNI,” ungkap Anthony.
Ia juga menyatakan, pembatalan mutasi tersebut menjadi momen penting untuk menunjukkan bahwa Presiden Prabowo mulai mengambil kendali penuh atas roda pemerintahan.
Anthony meyakini, keputusan itu adalah pernyataan bahwa tidak ada kekuatan di luar Presiden sebagai Panglima Tertinggi TNI.
Dalam pandangannya, Prabowo kini secara perlahan tapi pasti menunjukkan arah kepemimpinan yang berbeda.
Dinamika ini menjadi sinyal penting bagi para elit politik bahwa Prabowo tidak akan membiarkan kekuasaan dijalankan oleh bayang-bayang masa lalu.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok