Repelita Jakarta - Kolumnis senior Dahlan Iskan turut mencermati polemik seputar ijazah Presiden ketujuh RI, Joko Widodo.
Ia bahkan menyebut bahwa akhir-akhir ini menjadi lebih boros dalam membeli kuota internet.
Penyebabnya adalah keinginan kuat untuk mengikuti berbagai konten YouTube yang membahas topik ijazah tersebut, khususnya yang disampaikan oleh Roy Suryo dan Rismon Sianipar.
Dahlan mengaku tidak ingin tertinggal satu informasi pun dari dua sosok tersebut.
Menurutnya, hal itu penting karena ia seringkali ditanya oleh teman-temannya yang berada di Tiongkok.
Pertanyaan yang paling sering muncul dari mereka adalah seputar keaslian ijazah Jokowi.
“Teman-teman saya di Tiongkok banyak yang mengikuti isu ini melalui berita berbahasa Mandarin,” ujar Dahlan dalam esainya yang berjudul Umuk Ijazah.
Namun, ia sendiri mengakui tidak memiliki jawaban pasti atas pertanyaan itu.
“Yang tahu hanya satu orang: Jokowi,” ungkapnya kepada para temannya di luar negeri.
Ia memperkirakan, paling banyak hanya empat orang yang mengetahui kebenaran dari isu tersebut.
Dua berasal dari lingkaran keluarga Presiden, satu dari pihak Universitas Gadjah Mada, dan satu lagi adalah sahabat lama Jokowi.
Masalah ini, menurutnya, menjadi makin besar karena pihak yang paling memahami justru tampak tidak ingin menjelaskannya secara terang.
Dahlan mengutip pernyataan Jokowi bahwa secara hukum, bukan tugasnya untuk membuktikan keaslian ijazah.
Justru pihak yang meragukanlah yang harus mengajukan bukti bahwa ijazah tersebut palsu.
Sikap tegas Jokowi itu dinilai oleh Dahlan sebagai sesuatu yang cukup mengejutkan.
Padahal, kata dia, andai Jokowi mau menunjukkan langsung ijazahnya secara terbuka, kemungkinan besar persoalan ini bisa segera mereda.
Dalam catatan Dahlan, Jokowi sebenarnya sempat mengundang empat wartawan ke kediamannya.
Wartawan itu diperkenankan melihat dokumen yang disebut sebagai ijazah asli.
Namun, tidak ada satu pun yang diizinkan menyentuh atau memotret dokumen tersebut.
Sayangnya, langkah itu tak juga membuat isu mereda.
Roy Suryo dan Rismon Sianipar justru semakin intens menyoroti persoalan itu setelah mendapat dokumen dari seorang kader PSI.
Kader tersebut diduga bermaksud membela Jokowi dengan menunjukkan salinan ijazah yang disebut asli.
Konon, salinan itu sama seperti yang pernah ditampilkan secara resmi oleh UGM.
Terlebih, partai itu dipimpin oleh anak Presiden sendiri, sehingga mestinya tidak ada rekayasa.
“Dua ahli itu akhirnya ‘membeli’ apa yang ‘dijual’ oleh kader PSI,” tulis Dahlan dalam tulisannya.
Ia menambahkan bahwa dirinya kini harus terus membeli kuota lebih banyak untuk menyimak kelanjutan kontroversi ini.
“Kelihatannya polemik ijazah Jokowi ini semakin kompleks.
Apalagi dalam sebuah video non-partai ditemukan pula buku kenangan alumni UGM yang dicetak pada 1988,” ujarnya.
Editor: 91224 R-ID Elok
