Repelita, Jakarta - Kasus kematian Rahmat Faisandri (29), sopir bus Al Hijrah asal Agam, Sumatra Barat, yang sempat viral karena dilaporkan hilang, kini mulai terungkap. Rahmat diduga menjadi korban penculikan dan penyiksaan yang menyebabkan kematiannya saat merantau di Jakarta Timur.
Keluarga korban, yang terakhir kali berkomunikasi dengan Rahmat pada 19 Oktober 2024, mulai khawatir setelah tidak dapat menghubunginya pada 20 Oktober. Pada 28 Oktober 2024, keluarga kemudian melaporkan kehilangan Rahmat ke Polsek Pasar Rebo, Jakarta Timur. Keesokan harinya, keluarga menerima kabar bahwa Rahmat ditemukan di Rumah Sakit Kramat Jati dalam kondisi tak bernyawa dan sudah berada di kamar mayat selama 11 hari dengan status tanpa identitas.
Dari keterangan Kapolsek Pasar Rebo, Rahmat diketahui dibawa oleh sekelompok orang ke polsek, termasuk oknum polisi, dalam keadaan memprihatinkan. Pada tubuh korban ditemukan sejumlah luka serius, termasuk patah tulang dan bekas siksaan. Diduga, Rahmat menjadi korban pengeroyokan massa yang menuduhnya melakukan pencurian. Namun, keluarga korban menduga ada keterlibatan oknum aparat kepolisian dalam kejadian ini.
Helton, paman Rahmat, mengungkapkan bahwa selain barang berharga korban hilang, kondisi jenazah Rahmat sangat mengenaskan, dengan 29 jahitan di kepala, rahang patah, serta luka di punggung yang diduga akibat diseret. Setelah dilakukan autopsi, jenazah Rahmat dibawa pulang ke kampung halamannya di Lubuk Basung, Kabupaten Agam, untuk dimakamkan.
Mewakili keluarga, Helton meminta agar kepolisian mengusut tuntas kematian Rahmat dan menuntut agar keterlibatan oknum kepolisian dalam kasus ini diungkap. Sampai saat ini, pihak Polres Jakarta Timur belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait kasus tersebut. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok