Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Perusahaan Besar yang Gulung Tikar di Indonesia: Dari Sritex hingga Net Visi Media

 Repelita Jakarta - Banyak perusahaan besar yang pernah berjaya di Indonesia kini harus gulung tikar karena berbagai masalah yang tak bisa diatasi.

Persaingan yang semakin ketat, ekonomi yang tidak stabil, serta tumpukan utang menjadi penyebab utama kebangkrutan perusahaan-perusahaan tersebut. Berikut ini adalah beberapa perusahaan besar yang akhirnya bangkrut:

1. Sritex (PT Sri Rejeki Isman Tbk)  

Sritex, yang dulunya menjadi pemimpin pasar tekstil di Indonesia, akhirnya harus tumbang setelah menghadapi utang yang sangat besar.

Pandemi dan persaingan global memperburuk situasi mereka. Pada 2024, pengadilan memutuskan Sritex pailit dengan utang sekitar Rp 25 triliun.

Di antara utang-utang besar tersebut adalah utang kepada Bank BCA yang mencapai Rp 1,1 triliun.

2. Investree  

Investree, sebuah platform pinjaman online yang sempat besar, juga mengalami nasib serupa. Perusahaan ini terpaksa tutup setelah izin usahanya dicabut oleh OJK.

Masalah utama yang dihadapi Investree adalah banyaknya kredit macet dan persoalan internal yang tak kunjung selesai.

CEO perusahaan pun kabur ke luar negeri. Pada saat itu, Investree tercatat memiliki utang sekitar Rp 444 miliar.

3. Sariwangi  

Sariwangi, merek teh celup yang sangat terkenal di Indonesia, bangkrut pada 2018 karena gagal membayar utang ke Bank ICBC sebesar Rp 316 miliar.

Meski merek Sariwangi masih populer, masalah finansial membuat perusahaan ini tidak bisa bertahan.

Unilever akhirnya membeli merek tersebut, namun tidak mengambil alih perusahaan Sariwangi.

4. Nyonya Meneer  

Nyonya Meneer, brand jamu yang sudah dikenal lama di Indonesia, juga harus gulung tikar pada 2017.

Perusahaan ini menghadapi banyak masalah internal dan utang yang tidak bisa dibayar.

Meskipun ada upaya perdamaian utang, pada akhirnya perusahaan ini dinyatakan pailit.

5. Net Visi Media  

Net Visi Media, yang memiliki stasiun TV dan berbagai konten digital, harus tutup pada 2024 setelah pendapatan menurun sejak 2018 dan utang semakin menumpuk.

MD Entertainment akhirnya mengambil alih 80 persen saham perusahaan ini, yang kini berganti nama menjadi PT MDTV Media Technologies Tbk.

Kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar ini menjadi pengingat bahwa kesuksesan masa lalu tidak menjamin kelangsungan bisnis.

Adaptasi dengan perubahan dan pengelolaan keuangan yang baik menjadi kunci agar sebuah perusahaan bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved