Repelita Jakarta - Pembahasan seputar Danantara atau Dana Anagata Nusantara yang kembali disinggung oleh Presiden Prabowo Subianto masih menjadi topik hangat. Meski menjadi sorotan, banyak warganet yang masih bingung mengenai konsep Danantara dan dampaknya terhadap Indonesia.
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan ikut menjadi perhatian setelah mengungkap fakta terkait Danantara dalam bahasa yang sederhana. Akun X @/zzzeen juga menjelaskan ulang bagaimana Danantara bekerja dengan istilah yang lebih mudah dipahami masyarakat.
"Apa itu Danantara? Untuk bahasan rumit gini, saya selalu berharap Pak Dahlan Iskan bikin tulisan. Beliau memang andalan saya untuk menjelaskan hal-hal rumit dengan bahasa bayi," tulis akun @/zzzeen dalam cuitannya pada Minggu.
Dalam tulisannya di Disway.id, Dahlan Iskan menyebut Danantara sebagai "tenaga masa depan". Konsep ini dianalogikan sebagai kendaraan raksasa yang akan dimanfaatkan pemerintah untuk menggalang dana pembangunan.
"Prof Burhanuddin, kini komisaris utama PT PLN, punya ide membuat kendaraan yang lebih besar: Danantara. Bentuknya bukan PT, tetapi mirip dengan SWL. Yang hebat, dan mungkin menyakitkan bagi sebagian orang, Danantara dibentuk dengan cara memindahkan raksasa-raksasa BUMN ke dalam Danantara. Jumlahnya tujuh raksasa," tulis Dahlan Iskan.
Menurutnya, skala tujuh perusahaan BUMN tersebut sangat besar, bahkan mencapai 80 persen dari total laba seluruh BUMN. Jika ketujuh perusahaan ini dilebur ke dalam Danantara, Kementerian BUMN seolah kehilangan esensinya.
"Saking besarnya skala tujuh perusahaan BUMN tersebut sampai ada yang mengatakan sisa BUMN lainnya tidak layak lagi disebut BUMN. Mereka itulah inti dari BUMN dilihat dari kekuatan keuangannya. Dengan kekuatan itu, maka Danantara akan menjadi kendaraan yang besar sekali. Bukan saja labanya, tapi yang lebih penting, adalah kapasitasnya untuk mencari dana pembangunan," tambahnya.
Meski terlihat menjanjikan, Dahlan Iskan memberikan peringatan terkait implementasi Danantara. Ia menyoroti tantangan dalam mendapatkan persetujuan DPR hingga sistem manajerial yang berpotensi menimbulkan banyak masalah.
"Kelihatannya sederhana, kendaraan besar bisa untuk mencari uang besar. Praktiknya tidak sesederhana itu. Terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk membuat Danantara bisa menjadi danantara. Soal persetujuan DPR mungkin bisa lewat jalan tol. Tapi mengalihkan aset begitu besar tidak bisa cepat, apalagi ini aset negara," ujarnya.
Sementara itu, Founder Malaka Project, Ferry Irwandi, juga menyoroti keuntungan dan risiko besar di balik Danantara. Menurutnya, sumber pendanaan Danantara tidak hanya berasal dari dividen BUMN, tetapi juga dari Penyertaan Modal Negara (PMN), efisiensi APBN, dan aset BUMN.
"Modal awal yang dinilainya sangat paten sekaligus ambisius. Secara teori, kalau berjalan lancar, ya bakal jadi game changer buat ekonomi kita dan bakal menggulung juga. Semakin dia berhasil, semakin menarik buat investasi global masuk dan ketergantungan pajak bisa dikurangi," tuturnya.
Namun, jika proyek ini gagal, dampaknya bisa sangat besar.
“Itu kalau berhasil, kalau gagal? Konsekuensinya besar sekali. Kalau gagal, bisa jadi bencana ekonomi. Defisit APBN bakal gede banget, belum potential loss-nya, terus subsidi APBN lagi yang mana sangat kontraproduktif. Investor yang udah sulit pun bakal lebih menjauh lagi, kerugian BUMN bakal lebih gede dan pasti menyeret BUMN yang sehat. Itu baru sedikit dari segala kemungkinan yang bisa terjadi. Singkatnya, proyek ini sama sekali gak boleh gagal, gak boleh main-main. Apalagi kalau cuma jadi bancakan proyek untuk kepentingan pribadi. Kalau sampai kejadian, hukuman mati aja gak cukup buat yang ngelakuin," pungkasnya.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok