Repelita Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menghadapi pertanyaan tajam dari Komisi XII DPR RI terkait kebijakan baru yang mewajibkan pengecer LPG 3 kg menjadi pangkalan resmi. Kebijakan ini memicu kelangkaan LPG 3 kg di masyarakat, yang mengundang banyak keluhan.
Anggota Komisi XII DPR dari Fraksi PKS, Muh Haris, mengatakan bahwa perubahan kebijakan yang mendadak menyulitkan masyarakat dalam memperoleh LPG 3 kg di pengecer.
"Perubahannya masa secepat itu sehingga berdampak kita sulit cari ke pengecer, tidak ada barangnya dan lain sebagainya. Prinsipnya setuju ke arah yang lebih baik tapi barangkali perlu dibuat tahapan-tahapan yang lebih smooth sehingga tidak ada dampak sosial, dampak psikologis bagi masyarakat," ujar Haris dalam rapat kerja di DPR, Senin (3/1/2025).
Anggota Komisi XII lainnya dari Fraksi PKB, Ratna Juwita Sari, juga menyatakan kekhawatirannya tentang kelangkaan LPG 3 kg yang kini terjadi di Jabodetabek dan berharap masalah ini segera diatasi agar tidak menyebar ke daerah lain.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Bahlil menegaskan bahwa tujuan pemerintah adalah melakukan penataan distribusi LPG untuk perbaikan, bukan untuk mempersulit masyarakat. Bahlil bahkan mempertanyakan kepada anggota DPR apakah mereka setuju untuk tidak melakukan penataan tersebut.
"Bapak ibu anggota Dewan yang saya hormati, menyangkut dengan LPG, kami sebenarnya bermaksud untuk bagaimana melakukan penataan saja, tidak ada maksud lain. Tapi kalau bapak ibu setuju untuk tidak kita lakukan penataan, ayo," ujar Bahlil.
Bahlil juga mengakui bahwa penerapan kebijakan baru ini memang memberikan beban berat pada pemerintah, namun ia menegaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk memastikan subsidi LPG sebesar Rp 87 triliun dapat tersalurkan dengan tepat. Ia juga memastikan bahwa stok LPG 3 kg aman dan tersedia untuk tiga bulan ke depan.
"Saya juga tidak ingin mereka di apa ya, kira-kira ada unsur-unsur lain lah. Akibat, mungkin juga mohon maaf, mereka tidak teliti. Bapak Ibu kan sudah tahu bahwa terjadi oplosan banyak-banyak," ujar Bahlil. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok