Repelita Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendapat kecaman terkait kebijakan larangan penjualan LPG 3 kilogram (kg) di pengecer. Kebijakan ini dianggap memperburuk kondisi masyarakat, terutama karena membuat mereka semakin sulit mendapatkan gas melon di tengah antrian panjang di agen resmi.
Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi, menilai bahwa kebijakan tersebut justru menyusahkan rakyat, terlebih menjelang bulan Ramadhan yang biasanya memerlukan stok LPG 3 kg. Muslim mengkritik langkah Bahlil yang dianggap bertentangan dengan pro-rakyat yang selama ini diperjuangkan oleh Prabowo Subianto, yang dikenal dekat dengan kepentingan rakyat kecil.
"Bahlil bikin rakyat makin susah dan menderita. Apalagi sebentar lagi bulan Ramadhan," ujar Muslim. Ia juga menduga kebijakan ini berpotensi melemahkan citra dan kepemimpinan Prabowo sebagai sosok yang peduli terhadap kesejahteraan rakyat.
Menurut Muslim, kebijakan yang diterapkan oleh Bahlil malah menyakiti rakyat dan bisa dilihat sebagai upaya penggembosan wibawa Prabowo. "Nampak Bahlil melawan presiden yang pro rakyat. Kelihatannya ada upaya gembosi wibawa dan kepemimpinan Prabowo," tambahnya.
Kementerian ESDM sendiri berencana untuk menerapkan kebijakan ini dengan mewajibkan masyarakat membeli LPG 3 kg hanya melalui pangkalan resmi Pertamina. Namun, meski masih dalam tahap perencanaan, kebijakan ini sudah menyebabkan kelangkaan tabung gas LPG 3 kg di berbagai daerah, menambah kesulitan masyarakat yang bergantung pada gas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok