Bandung, 6 Desember 2024 - Psikolog klinis dari Universitas Padjajaran, Anggie Harmalia, M.Psi, menyoroti dampak negatif dari candaan yang melewati batas, khususnya yang menyerang fisik, status sosial, atau intelektual seseorang.
Pernyataan ini relevan dengan kontroversi yang melibatkan utusan khusus Presiden, Gus Miftah, terkait ucapannya yang dinilai tidak pantas kepada penjual es teh, Sunhaji, dan menuai kecaman publik.
Candaan Berisiko Gangguan Psikologis
Anggie menjelaskan bahwa candaan yang tidak terkendali bisa merusak kondisi psikologis penerimanya.
“Candaan semacam ini dapat menurunkan rasa percaya diri, memicu stres, kecemasan, dan bahkan tekanan psikologis lainnya,” ujar Anggie.
Ia menambahkan bahwa candaan seperti ini berisiko membuat korban menghindari interaksi sosial, sehingga hubungan interpersonal terganggu dan trauma mendalam dapat terjadi, terutama jika dilakukan di depan publik.
Ciri-Ciri Candaan yang Melewati Batas
Menurut Anggie, candaan yang tidak pantas memiliki karakteristik seperti:
- Menghina fisik, intelektual, atau status sosial seseorang.
- Tidak sesuai konteks, terutama jika dilakukan terhadap orang yang tidak akrab dengan pelaku.
- Menggunakan stereotip seperti gender, ras, agama, atau kondisi sosial tertentu.
- Mengabaikan reaksi penerima meskipun sudah terlihat tidak nyaman.
“Ketika pelaku terus melanjutkan candaan meskipun penerima menunjukkan ketidaknyamanan, itu menunjukkan minimnya empati,” ungkap Anggie.
Kasus Gus Miftah dan Dampaknya
Dalam kasus Gus Miftah, ucapannya kepada Sunhaji dinilai publik melampaui batas etika, sehingga menuai protes. Gus Miftah telah meminta maaf secara langsung kepada Sunhaji dan masyarakat, serta berjanji untuk lebih berhati-hati dalam berucap di depan umum.
Anggie berharap masyarakat dapat mengambil pelajaran dari kejadian ini.
“Penting untuk memahami batasan dalam bercanda, terutama bagi figur publik yang ucapannya berdampak luas,” jelasnya.
Panduan Candaan yang Berempati
Agar tidak menyakiti perasaan orang lain, Anggie memberikan panduan agar candaan tetap berempati:
- Hindari tema sensitif seperti trauma, ras, agama, atau kekurangan fisik.
- Sesuaikan candaan dengan konteks situasi dan hubungan keakraban.
- Gunakan pengalaman pribadi atau situasi umum sebagai bahan candaan untuk meminimalkan risiko menyinggung orang lain.
- Peka terhadap reaksi penerima candaan, segera berhenti jika terlihat tidak nyaman.
Anggie juga menyarankan penerima candaan yang merasa terganggu untuk menegur pelaku secara sopan. Selain itu, pengembangan rasa percaya diri dan toleransi terhadap humor dapat membantu mengurangi dampak negatif dari candaan yang tidak menyenangkan.(*)
Editor: Elok WA R-ID